Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Merindukanmu, Ayah

Diperbarui: 2 April 2019   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di malam hening ini, wajahnya kembali membayang. Di sudut ruang tamu tempat di mana kasur tua ia selalu bentangkan ketika rasa kantuk mulai merayapi sekujur tubuhnya. Sekarang, sudah sepuluh bulan ia bersamaNya.
*
Ayah, aku merindukanmu. Merindukan kebersamaan kita di sawah mencabuti rumput liar di kaki pematang sawah yang kerap mengganggu tumbuh suburnya padi yang kita tanam.

Merindukan segala nasihatmu bahwa hidup tiadalah guna jika menjauh dariNya. Merindukan teguranmu bahwa kelak jika handphone tak membantu mengingat kepadaNya, ia akan menjadi teman ke neraka.

Merindukan wejanganmu, bahwa setiap kali habis gajian, janganlah lupa untuk berbagi dengan orang-orang sekitar yang hidupnya belum beruntung. Merindukan sindiranmu bahwa kelak, jika kita sudah tiada, tak ada lagi pertemuan antara seorang ayah dan anak kecuali hanya melalui doa.

(Catatan langit, 2/4/2019)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline