Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Puisi | Daki-daki Peradaban Negeri

Diperbarui: 20 Maret 2019   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Daki-daki peradaban negeri
Terus melekat di tubuh negeri, baunya masuk ke jantung membuat sesak napas. Disangkanya telah berbakti untuk kemajuan, nyatanya membuat kotoran dan merusak keindahan negeri.

Daki-daki peradaban negeri, terus membusungkan dada. Menipu khalayak dengan penampilannya. Saudara-saudaraku yang perutnya lama keroncongan, pikiran jernihnya terganggu, terpaksa teperdaya oleh sihir kata-kata yang ia semprotkan ke udara.

Daki-daki peradaban negeri tak henti mendekap membawa kepentingan-kepentingan sempitnya. Hari ini menempel erat, esok lusa menempeleng wajah Ibu Pertiwi dengan bau busuknya yang menyengat.

Daki-daki peradaban negeri, sehari-hari membuat ruang negeri tercemar. Khawatir kalau tak dibersihkan, akan terus mencemari yang lainnya, yang masih suci bersih. Tolong, sebelum terlampau jauh menodai negeri dan mengundang penyakit, bersihkan mereka sekarang juga.

(Catatan langit, 20/03/19)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline