Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Hujan Kembali Menderas Ketika Kota Ini Belum Berubah

Diperbarui: 18 Maret 2019   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana.com/ahmadimam

Pagi ini hujan kembali menderas. Mengusir sunyi langit, menghempas atap rumah bagai menghalang langkah kaki keluar rumah sambut pagi.

Seperti biasa, aku tak pernah ragu, di jalan-jalan pasti akan penuh genangan air. Karena belum ada yang berubah.

Sampah-sampah dari manusia yang mengaku sadar masih menyumbat selokan-selokan kota.

Sebagian rasa peduli mungkin telah bersembunyi, dan sebagian lainnya sengaja mati. Semuanya berlomba menanam besi.

Semuanya berlomba dirikan bangunan megah, semuanya berlomba menutup selokan. Tapi tak berlomba bersihkan selokan.

Ketika hujan tak henti menderas, niscaya hadirkan banjir di mana-mana. Melihat keadaan ini, para penyair pasti tertawa dan berkata;

"Air di kotamu bingung mau ke mana, karenanya ia memilih tinggal dan Tuhan tidak pernah terlibat banjir di kotamu".

(Catatan langit, 18/03/19)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline