Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Murka Air

Diperbarui: 23 Januari 2019   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: kompas.com

Hujan gerimis jatuh di atap
menggendong mesra air kecil
berjalan di atas tubuh mungil negeri
Meski hubungan dilarang
Ia tetap bertemu di lembah sunyi
Berkonspirasi merencanakan kemalangan
padukan kekuatan di tengah jiwa-jiwa yang lalai terlelap

Ketika butir hujan terasa seperti belati,
Deras menusuk jantung
Angin kencang menyergap
Berarti pertunjukan kuasa dimulai
menggulung kuasa lainya

Makin menjadilah murka air
jalannya dihambat

Hutan-hutan digunduli disulap jadi kebun
Selokan mengecil dan pepohonan diganti beton,
menambah dahsyat murkanya
Sekali menyapa tanpa ampun
Semua bisa hanyut terbawa arusnya: banjir

Kita mesti membenahi diri dalam murkanya

(Catatan langit, 23 Januari 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline