Lihat ke Halaman Asli

Tarian Hujan

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku suka Kelabu,

warna-warni kusam pembawa ceria,

yang mengingatkanku dengan riuh langkah kaki-kaki belia,

hangat, tentram,

tak peduli dengan salah-benar aturan dunia



Aku suka melihat mendung,

gumpalan monokrom kelabu,

dengan titik-titik sejuk membelai wajahku,

ringan terbang terbawa angin,

tanpa beban menjelajah bumi



Aku suka melihat hujan,

bermain dan berlari dibawahnya,

atau sekedar diam mendengar rintiknya



Bagiku hujan adalah nostalgi,

pengingat kenangan yang tak pernah pergi,



Temanku pernah berkata,

“dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu”

“dan dalam gerimis akan selalu ada hati yang menunggu”



Apakah kau ingat saat hujan mengguyur kita mentah-mentah?

kau hanya tertawa lepas dan mengajakku berlari

menerobos kencang melalui kisi-kisi pelangi



kanan-kiri, lalu berputar sembilan kali,

berlari cepat dan melompat jatuh dalam genangan,

ulangi lagi dua sampai tiga kali,

hingga kau tertawa dan melepas isi hati



Ayo menari bersama! Katamu saat itu,



Bebaskan semua rasa sampai hilang pengap di dada

Tertawalah lepas karena guruh akan menyambutmu

Menangislah deras karena hujan menyamarkan air matamu



Ayo, kemari. Larutlah bersama kami

Tak usah malu ataupun sungkan

Karena tarian ini adalah tarian hujan



Butir-butir bening bercampur pasir

Menciprati muka dan hatiku yang berdesir

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline