Lihat ke Halaman Asli

Arman Bemby Sinaga

Bangkit dan Bercahaya

Andai Aku Warga Jakarta

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia



Pemilihan calon Gubernur Jakarta yang akan didaulat pada tanggal 11 Juli 2012sudah tinggal sekitar tiga bulan lagi. Enam pasang bakal calon Gubernur sudah mendaftar. Sebelum ditetapkan sebagai calon tetap Gubernur Jakarta, masih ada sedikit tenggat waktu sebelum tanggal 10 Mei 2012 bagi bakal calon Gubernur dari jalur independen untuk memenuhi pengakuratan dukungan berupa foto kopi KTP sebanyak 407.340 lembar.

Sebagai warga negara Indonesia yang bukan warga Jakarta, aku melihat dari keenam bakal calon yang sudah mendaftar merupakan perwakilan dari kekuatan semua partai, kekuatan suku, kekuatan religius, golongan masyarakat, tingkat pendidikan, unsur tokoh atau kader daerah maupun kota dan bahkan sebuah representasi kekuatan sipil militer. Secara garis besar, kesamaan dari semua pasangan calon ini adalah nilai kekuatan dan kekurangan masing-masing. Intinya mereka mewakili putra terbaik Indonesia (maaf tidak ada calonnya yang mewakili putri terbaik Indonesia). Tentu,jika diperbolehkan untuk berandai-andai jadi warga, aku mau membagikan pemikiran aku untuk membuka wahana dalam memilih calon Gubernur ibu kota ini.

Jika aku jadi warga Jakarta, aku akan memilih calon Gubernur yang dikenal bukan dari uangnya. Sudah menjadi rahasia dan budaya kalau yang namanya pemilihan kepala pemerintahan mulai dari pusat sampai daerah, bahkan kepala desa sekalipun, uang akan bermain. Uang, uang yang tidak punya kaki, tangan ataupun otak sering menjadi kekuatan utama dalam memenangkan pertarungan merebut kursi atau jabatan di negeri ini. Tidak heran kalau yang jadi anggota DPR, kepala pemerintahan merupakan orang-orang berduit. Paling tidak, mereka dibacking orang-orang bergelimang rupiah. Satu sisi, uang sangat penting bagi kita, tapi, dari sisi lainnya, menggadaikan masa depan ibu kota demi uang dan kesenangan sesaat, sungguhn aku tidak sudi.

Memilih pemimpin yang menawarkan solusi yang mungkin diambil selama lima tahun akan menjadi pemikiran dan alasan aku dalam memilih calon Gubernur Jakarta, seandainya aku warga DKI Jakarta. Selama ini sudah banyak calon gubernur yang mengumbar janji akan menyelesaikan masalah persoalan Jakarta dalam waktu singkat dan bahkan mengaku ahli dalam menyelesaikannya. Nyatanya, setelah menjabat hanya beberapa dari mereka yang bisa menepati janjinya. Andai aku warga Jakarta, aku akan memilih calon yang punya satu dua program, bukan tiga empat janji.

Andai aku jadi warga Jakarta, aku akan memilih calon gubernur yang punya prioritas. Apapun ceritanya dan apapun janjinya, Jakarta merupakan gudangnya masalah, bukan hanya sebatas gudangnya masalah propinsi tapi jadi gudangnya masalah Indonesia. Kemiskinan, kesenjangan sosial, banjir, polusi, keamanan, kemacetan, penganguran, premanisme, kriminalisme, narkoba, tawuran, pendidikan, hingga masalah kependudukan merupakan beberapa persoalan besar diantara begitu banyaknya masalah kota megapolitan ini. Menyelesaikan semua masalah ini selama satu periode kegubernuran tentu hanya mimpi bersalutkan janji.

Memilih calon yang punya master plan, bisa merubah sistem, budaya dan gaya hidup merupakan alasan pilihan aku selanjutnya, andai aku jadi warga Jakarta yang punya hak pilih. Jakarta sebagai ibu kota negara harus punya rancana induk yang jelas, sampai puluhan tahun kedepan. Selain itu, Jakarta juga membutuhkan sistem alternatif baik itu untuk sistem pemerintahan, birokrasi, sistem transportasi, sistem tata ruang kota, sistem kependudukan hingga sistem-sistem yang lainnya. Gubernur Jakarta ke depan menurut pilihan aku, seyogianya adalah orang yang bisa merubah budaya dan gaya hidup warga megapolis ini. Jakarta sebagai representasi penduduk dunia membutuhkan suguhan budaya dan gaya hidup baru yang bisa menjadi trend dan teladan dalam pembentukan, penciptaan maupun penjagaan sebuah kota modern di era revolusi informasi dan tehnologi kini.

Andai saja aku jadi warga Jakarta, aku akan memilih pasangan dengan melihat latar belakang kepemimpinannya atau track recordnya. Aku tidak perlu memilih hanya karena dia itu ganteng atau berpenampilan menarik. Aku tidak akan perduli dia itu dari suku, agama, golongan, atau tamatan universitas/sekolah mana. Yang menjadi alasan aku memilih adalah hanya karena dia punya sejarah yang baik, bersih, jujur, berintegritas dan loyal semasa hidup dan kepemimpinannya sebelum-sebelumnya. Kalau sudah pernah terkait dengan masalah korupsi atau masalah hukum serius lainnya, tentu aku tak akan pilih calon itu.

Pemimpin yang punya rekam jejak yang baik juga akan terlihat dari kehidupan kesehariannya seperti kehidupan rumah tangga, bermasyarakat dan beraktivitas lainnya. Sangat mustahil seorang pemimpin bisa mengemban beban dan persoalan besar sementara dalam persoalan kecil dan sederhana tidak pernah berhasil. Pemimpin yang sanggup dan layak menanggung perkara-perkara besar hanyalah pemimpin yang sudah lulus ujian dalam perkara-perkara kecil. Walau sering dianggap sederhana, namun kenyataanya, masalah seperti kehidupan keluarga sering menjadi awal kehancuran dan kejatuhaa pemimpin-pemimpin besar dunia. Beberapa pemimpin hancur karena istri yang mendominasi pemerintahan. Beberapa lagi tersandung karena anak yang terlibat dalam pengelapan kekuasaan. Beberapa yang lain, terjatuh karena minuman, narkoba dan skandal wanita maupun kejahatan pribadi lainnya. Jadi aku akan memilih gubernur yang bisa mengatur diri dan rumah tangganya dengan baik.

Selain hanya karena ia seorang yang punya latar belakang dan rekam jejak manusia bersih, disiplin dan visioner, calon gubernur pilihanku haruslah seorang yang didukung partai yang serius, konsisten dalam memerangi korupsi. Itu pun, jika pasangan itu dari usulan partai. Kalau dia dari jalur independen, ya tentu tidak perlu mencari rekam jejak partai pengusungnya, tapi melihat siapa orang-orang besar, berduit dan berpengaruh yang mendukungnya.Kenapa penting melihat siapa orang atau partai pengusungnya? Jelas aku yakin, kursi kepemimpinan tetap akan dipengaruhi begitu banyak kepentingan. Melihat orang dan partai yang lebih mementingkan rakyat akan menjadi alasan penting bagi saya dalam memilih. Itupun andai aku jadi warga berhak pilih di kota ini.

Andai aku warga Jakarta, aku akan memilih calon gubernur yang reprasentatif. Calon gubernur yang memihak kepada semua akan menjadi alternatif aku dalam memilih. Kenapa harus represntatif, karena Jakarta adalah kota megapolitan yang menampung semua suku, agama, status sosial, golongan dan berbagai latar belakang lainnya. Jakarta adalah tempat bermukimnya penduduk mulai dari yang paling kaya hingga yang paling papa. Jakarta juga tempat berkumpulan orang paling terdidik sampai yang putus sekolah. Jakarta adalah tempat beradanya penduduk berbagai kelas, mulai dari yang teratas sampai yang terbawah. Karena itu, lagi-lagi, andai aku jadi warga Jakarta, aku akan memilih dia yang bisa menjadi lokomotif bagi semua gerbong kemajemukan ini.

Andai saja aku warga Jakarta, aku akan memilih calon yang punya visi bukan sekedar ambisi. Jakarta perlu pemimpin yang punya visi karena kebijakan ibu kota ini terlalu sering berubah sesuai periode kepemimpinannya. Jakarta perlu pemimpin yang punya mimpi akan sebuah ibu kota yang bisa dipahami semua warga dan bisa di terima serta layak dilanjutkan oleh pemimpin selanjutnya. Kalau hanya memilih gubernur dengan hanya punya satu paket kebijakan jangka dan masa jabatan saja, aku pikir itu sudah biasa. Jakarta berharap gubernur yang luar biasa yang berpikir keluar dari kotak.

Masih berkaitan dengan visi kepemimpinan, pasangan calon pilihanku, andai aku warga Jakarta, haruslah pasangan yangsatu visi. Sudah terbiasa dan lumrah kalau pasangan calon pecah kongsi jauh sebelum masa jabatan berakhir. Mengedepankan ambisi jelas sebuah inidikasi lemahnya mimpi dan visi dari sebuah kepemimpinan. Jakarta tentu perlu dipimpin oleh pasangan yang solid, yang lebih banyak mengurusi keluar bukan ke dalam (internal). Isu perpecahan dalam kepemimpinan jelas akan membuat sistem serta pembangunan terganggu dan tidak akan berfungsi secara maksimal.

Menginjakkan kaki di ibu kota negeri ini, masih sekali aku lakukan. Gambaran Jakarta yang aku saksikan di televisi tidak jauh dari kenyataan yang aku lihat dan rasakan ketika beberapa bulan di kota rawan banjir ini. Pengalaman lebih dahulu menginjakkan kaki di ibu kota negeri jiran membuat aku memiliki perabandingan betapa ibu iota kebangaan ini perlu di tata ulang dan dikelola lebih baik lagi. Andai aku warga Jakarta, aku akan memilih calon gubernur yang mau belajar dan siap menaggung resiko kehilangan apapun, termasuk jabatan dan nyawa. Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta ini memerlukan pemimpin yang siap berkorban untuk mewujudkan ibu kota dunia yang menjanjikan. Berbenah dan mengejar ketertinggalan dari kota-kota dunia lainnya adalah tugas berat bagi guberbur Jakarta selanjutnya. Ibu kota Jakarta akan menjadi cerminan dari keseluruhan bangsa ini. Jika wajah Jakarta elok dipandang dunia, tentu dampaknya akan sampai ke semua daerah di Indonesia.

Jika aku jadi warga Jakarta, aku akan memastikan akan terdafatar jadi pemilih dan punya hak suara. Aku tidak akan mau menyia-nyiakan suaraku dengan percuma. Karena aku percaya suaraku berpengaruh bagi masa depan Jakarta, masa depan Indonesia. Pilihankuakan aku tujukan pada pasangan calon yang memenuhi kriteri-kriteri itu, minimal mendekati. Lagi-lagi, semua itu hanya seandainya aku warga Jakarta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline