Lihat ke Halaman Asli

"Apartemen" untuk Penyandang Disabilitas

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1411181307520470210

[caption id="attachment_360267" align="aligncenter" width="780" caption="Ilustrasi rusun/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]

Bagi warga di kota-kota besar, fasilitas umum untuk kelompok difabel mungkin sudah banyak. Akan tetapi di kota kecil seperti Kota Banda Aceh, fasilitas seperti itu terbilang langka. Kebijakan menyediakan “apartemen” oleh Pemerintah Kota Banda Aceh  bagi kelompok disabilitas patut diapresiasi.

Pagi itu kota Banda Aceh diguyur hujan rintik-rintik. Jarum jam menunjukkan pukul 9.00 WIB. Suasana di Lobbi Hotel Grand Nanggroe yang terletak di kawasan Lheung Bata mulai rame pengunjung. Maklum, banyak kegiatan yang sedang berlangsung di hotel tersebut. Di tengah kerumuman pengunjung yang hadir ke hotel tersebut, tampak seorang anak muda berjalan menuju pintu utama hotel. Menggunakan dua tongkat di sisi kiri dan kanan untuk menopang tubuhnya yang tidak begitu besar. Dia berjalan memasuki hotel bintang 3 tersebut. Melihat kedatangan tamu, petugas hotel buru-buru membantu membukakan pintu. “Silahkan bang,” ungkap salah seorang petugas hotel.

[caption id="attachment_343324" align="alignnone" width="300" caption="Hendra (tengah), salah seorang penyandang disabilitas yang aktif melakukan advokasi kebijakan publik terkait perhatian pemerintah terhadap kelompok disabilitas di Banda Aceh, foto diambil 16 september 2014."]

14111104881020522407

[/caption]

Adalah hendra, dia adalah salah seorang penyandang disabilitas di Kota Banda Aceh. Bahkan dia tergabung dalam Organisasi Persatuan Penyandang disabilitas Indonesia (PPDI). “Hendra anaknya aktif bang, ngak mau menyerah,” ungkap Ikwan ketua PPDI Provinsi Aceh.

Setelah menamatkan pendidikannya di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unsyiah di Banda Aceh, dia mulai mengeleti hobi utak atik computer. Maklum, Hendra kuliah dijurusan Informatika Komputer. Sebagai alat transportasi, hendra sehari-hari menggunakan sebuah becak yang telah dimodifikasi. “Kadang-kadang saya juga narek becak bang,’ ungkapnya sambil tertawa lepas.

Memang tidak terlihat sikap pesimis dalam dirinya. Meskipun tidak dapat berjalan dengan kedua kakinya secara normal, namun hendra tidak tinggal diam. Setiap hari dia berusaha mengais rezeki  untuk menghidupi keluarganya. Saat ini hendra sudah berkeluarga. Dia hidup dengan istri dan anaknya di daerah Keudah, Banda Aceh.

Tinggal di “apartemen”

Hendra tinggal di sebuah rumah susun dengan anak dan istrinya. Sebuah rumah susun yang dibangun pemerintah Kota Banda Aceh berdiri kokoh di gampong keudah Banda Aceh. “Kami baru satu tahun tinggal di apartemen ini,” ungkapnya sambil tertawa lepas. Jangan dibayangkan apartemen seperti di Jakarta ya. Yang digambarkan hendra hanyalah sebuah rumah susun yang bersubsidi di Banda Aceh.

Ada hal yang menarik dari “apartemen” itu. Pemerintah Kota Banda Aceh memiliki kebijakan bagi kelompok disabilitas. Untuk lantai satu, pengelola rumah susun itu mengutamakan kelompok disabilitas. Bahkan menurut hendra, fasilitas rumah susun sudah memperhatikan kebutuhan kelompok disabilitas. “Salah satu contohnya, kamar mandi besar dan bisa digunakan bagi teman-teman yang menggunakan kursi roda, pokoknya sudah mantaplah bang” jelas hendra.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline