Pagi ini (24/12/2024) adalah yang kesekian kalinya saya menemani papa bolak-balik ke fasilitas kesehatan tingkat satu dan tingkat selanjutnya sesuai rujukan dokter.
Sejak papa didiagnosis mengalami fungsi jantung yang kurang baik, mulai dari bulan januari 2024 saya selalu berusaha hadir menemaninya berobat. Pasien jantung diharuskan satu bulan sekali memeriksakan kesehatannya.
Alasan yang membuat saya menyediakan waktu untuk menemani papa berobat adalah sebagai penebusan rasa bersalah saya atas sikap-sikap saya pada masa lampau, juga sebagai bentuk nyata bahwa betapa saya mencintai papa dan mama meski tak pernah mengucapkannya. Hanya lewat tulisan seperti inilah saya bisa mengekspresikan perasaan.
Papa tak seperti dulu: seorang pekerja keras yang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Sekarang, bahkan, untuk mengantri saat mendaftar berobat saja nafasnya sudah terengah-engah.
Ada suatu pemandangan lazim yang sering saya dapati ketika menemani papa berobat, yaitu sebagian orang-orang tua yang datang berobat sendirian terkadang sering bingung harus melakukan apa ketika sampai di fasilitas kesehatan.
Mereka ke sana-sini mencari info untuk mengantri. Uniknya setelah dapat nomor antrian, beberapa di antaranya malah tak menghampiri loket atau ruangan bagian kesehatan saat dipanggil namanya. Sepertinya karena fungsi indra pendengaran yang berkurang, masih bingung, dan lain-lain.
Pemandangan itu membuat saya tak tega sebenarnya. Namun karena saya harus mengurus papa, saya tak bisa berbuat banyak.
Perkara semacam itu pula yang membuat saya bertekad tak akan membiarkan papa saya datang berobat seorang diri.
Banyak pelajaran yang bisa saya ambil ketika berada di fasilitas kesehatan tersebut. Bisa dibilang saya melihat "hidup" dalam bentuk miniatur.
Mungkin tak bisa dibilang mewakili seluruh apa yang disebut "hidup", tetapi sebagiannya dapat dilihat di tempat itu.