Lihat ke Halaman Asli

Dicky Armando

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Buku Nujum Melayu

Diperbarui: 27 Oktober 2024   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Nujum Melayu | Dokumentasi Dicky Armando

Sebenarnya saya agak telat menuliskan kisah ini, karena kejadiannya pada tanggal 23 Oktober 2024. Namun karena satu dan hal-hal lain, saya baru sempat mengabadikannya malam ini (27 Oktober 2024).

Waktu itu saya mendatangi agenda dari Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat: Festival Melayu Kalbar XIII, yang berlangsung di Rumah Adat Melayu, Jalan Sutan Syahrir, Kota Pontianak.

Seperti penggemar sastra lainnya jika pergi ke suatu pameran, saya segera mencari gerai-gerai yang menjual buku. Kebetulan di sana juga ada "Pasar Buku Membaca Pontianak" hasil dari kolaborasi sejumlah komunitas literasi yang ada di Kalimantan Barat.

Sembari melihat sana-sini, saya bertemu beberapa rekan yang memang sudah terkenal aktif melakukan program-program literasi. Saya tahu persis bahwa sebenarnya keberadaan mereka di situ bukan untuk cari cuan, melainkan memperkuat kesadaran tentang pentingnya literasi dan menjaring orang-orang yang memiliki minat dalam dunia membaca dan menulis.

Dari sekian banyak buku yang tersaji, ada satu yang benar-benar menarik perhatian saya sebagai orang Melayu. Buku tersebut terbaring rapi di permukaan meja dari gerai penerbit Tom's Book Publishing.

Gerai itu dijaga oleh Tomi, S.Pd.,M.E. Beliau juga pemilik langsung dari usaha penerbitan tersebut.

Tomi, S.Pd., M.E. (Baju Hitam) | Dokumentasi Dicky. A

Bang Tomi menyambut dengan sangat ramah dan menjelaskan tentang buku "Nujum Melayu" kepada saya, kebetulan penulisnya juga beliau. Dia menunjukkan halaman-halaman pada buku yang berpotensi sesuai dengan periode kelahiran dan karakteristik saya.

Buku Nujum Melayu sebenarnya merupakan terjemahan dari kitab At-Thawali' Al-Hadatsiyyah Lirrijal wan Nisa' karya Abu Ma'syar Al-Falaki. Sebuah kitab astrologi yang sangat terkenal pada masa lampau.

Karena ingin tahu lebih jauh, saya merekam percakapan dengan Bang Tomi. Saya katakan kepadanya untuk ditulis di Kompasiana. Beliau menyetujui.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline