Lihat ke Halaman Asli

Dicky Armando

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Kompasiana, Berbagi Api dan Sunyi Lewat Tulisan

Diperbarui: 6 Oktober 2024   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Kompasiana.com

Akun Kompasiana pertama saya terdaftar pertama kali pada tanggal 12 Desember 2012. Disebabkan satu dan lain hal, saya kehilangan akses ke akun tersebut dan sejumlah media sosial lainnya.

Pada waktu tersebut, saya kebanyakan membagian ide-ide dalam bentuk teks via Facebook. Sampai pada tanggal 12 Desember 2017, akhirnya saya membuat akun Kompasiana saya yang kedua (yang saya pakai hari ini dan seterusnya).

Meski kadang putus menulis, baik karena kesibukan maupun mental block, saya tetap menjadi pembaca setia di Kompasiana. Sejak 2012-2024 saya telah menjadi Kompasianer, saya memperhatikan betapa banyak penulis yang menjanjikan di platform ini, meski ada juga yang tidak melanjutkan sepak-terjangnya, atau mungkin mereka tetap menjadi pembaca setia saja. Sungguh pengalaman yang luar biasa.

Tujuan saya menulis di Kompasiana sejak awal adalah aktualisasi diri, baik yang sifatnya egoisme pribadi maupun yang akademis. Jadi, setiap kesempatan menulis merupakan hal yang selalu berkesan (dalam arti positif).

Di Kompasiana, saya bisa menyampaikan gagasan-gagasan saya tanpa harus khawatir ditertawakan, karena saya meyakini bahwa para Kompasianer merupakan orang-orang yang memiliki adab dan ilmu yang adiluhung. Saya pun sering menulis tentang pengalaman-pengalaman pahit yang tak pernah saya sampaikan secara lisan tanpa takut dihakimi.

Berkat Kompasiana pula, sebagian orang dari lingkungan pergaulan saya menganggapnya seperti itu, "label" penulis seolah melekat pada diri saya. Disebut sebagai seorang penulis, saya senang-senang saja. Masalahnya masih kurang ilmu saya untuk disematkan predikat tersebut. Lebih banyak yang pantas.

Hal paling asyik membaca di Kompasiana adalah banyaknya informasi dari kreator konten yang lebih detail ketimbang media arus utama. Perspektifnya unik dan murni. Memang seperti itulah seharusnya jurnalisme warga: cepat dan spesial.

Terlepas dari beragam hadiah dan predikat "centang biru" yang diberikan oleh Kompasiana, saya berharap Kompasianer jangan lupa menulis dengan hati, karena sesungguhnya tujuan menulis itu adalah saling berbagi pencerahan.

Di tengah kerasnya dunia nyata yang selalu tutup telinga soal kebenaran, Kompasiana telah menjadi sarana bagi orang seperti saya tetap waras. Terkadang saya menulis soal sepi, kadang-kadang soal api, dan tak jarang soal emosi. Di sinilah hal-hal tersebut bisa diolah menjadi seni. Betul kata pepatah: "Jika Anda berteman dengan penjual minyak wangi, maka bisa 'ketularan' wanginya."

Pernah muncul pertanyaan seperti ini di dalam benak saya: "Bagaimana jika suatu hari Kompasiana tak ada lagi?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline