Lihat ke Halaman Asli

Dicky Armando

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Merdeka

Diperbarui: 25 Agustus 2022   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: Pexels.com

Andru tampak senang karena besok seluruh rakyat Indonesia akan merayakan hari jadi negara yang tercinta. Tak henti bocah kelas dua sekolah dasar itu menjenguk ke arah luar jendela. Bendera-bendera kecil yang terbuat dari plastik bergantung silih berganti di antara tiang listrik. Sementara itu di tengah lapangan voli, para panitia dan anak-anak muda sedang mendirikan tiang dari pohon pinang yang telah dilumuri oli bekas.

"Ayah, bolehkah saya ikut lomba besok?" tanya Andru kepada Banuri.

Pria tiga puluh lima tahun itu tak menjawab, ia hanya menggaruk kulit kepalanya yang telah banyak ditumbuhi uban. Sejak istrinya meninggal empat tahun lalu, ia mendadak mendapatkan banyak rambut berwarna putih tumbuh setiap hari-nya.

Banuri dan Andru tinggal di sebuah rumah sewaan berukuran kecil yang terbuat dari material kayu lempung. Tempat tersebut sudah harus dibayar paling lambat esok hari.

"Jadi boleh, Yah?" tanya Andru lagi, yang kemudian menyadarkan Banuri dari lamunan panjangnya tentang pembayaran sewa rumah.

Banuri tersenyum. "Besok kita jalan-jalan dulu, ya."

"Hore!"

***

Pagi-pagi sekali setelah salat subuh, Banuri dan Andru segera bergegas dari tempat tinggalnya sambil membawa gulungan benang, jarum tajam yang panjang dan keras, serta beberapa perlengkapan lain untuk menjahit dan memperbaiki sepatu atau sandal. Semuanya ia masukkan ke dalam satu tas ransel besar berwarna hitam.

Banuri biasanya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain-nya di Kota Pontianak dengan berjalan kaki. Dulu ia memiliki sepeda ontel, namun harus dijual untuk biaya hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline