Lihat ke Halaman Asli

Dicky Armando

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Relawan, Rela Tak Melawan

Diperbarui: 16 Oktober 2019   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: Pixabay.com

Hai, saya ingin bercerita tentang fenomena sosial di suatu kota. Sebut saja kota X. Jadi begini, walikota di sana menjalankan sebuah sistem untuk menampung persoalan sosial di area tersebut. Misalnya, rumah masyarakat yang tidak layak huni, kemudian dilakukan survei, jika sesuai, maka segera ditindaklanjuti. Kurang-lebih sasarannya meliputi kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan perbaikan rumah.

Coba Anda tandai kata "pendidikan". Itu cukup bagus dan merupakan satu dari sekian banyak substansi masalah di Kota X dalam perspektif saya. Tepuk tangan buat Pemerintah Kota X, semoga program kalian berjalan lancar.

Sayangnya, kata "kemiskinan" juga harus ditandai, karena itu hanyalah akibat dari suatu proses yang masih salah. Sebenarnya mereka ketimbang menggunakan jargon "mengentaskan kemiskinan", lebih tepat "menyediakan lapangan kerja yang layak".

Sang Pemimpin Kota berharap, dengan pendataan yang benar, maka bisa menyelesaikan persoalan sosial hingga ke akar.

Menarik! Ketika beliau berharap tentang pengentasan masalah sosial, artinya satu paket dengan kesejahteraan sukarelawan yang tergabung di dalamnya, bukan?

"Namanya juga sukarelawan. Artinya orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela."

Saya setuju jika ada orang yang mengartikannya dalam sudut pandang bahasa. Tapi saya memilih untuk mengamati mereka sebagai manusia, bukan data.

Begini, saya sendiri belum pernah terlibat dalam kegiatan sosial sejenis menjadi sukarelawan ini. Oleh karena itu, izinkan saya menyampaikannya dalam perspektif orang awam yang mau berpikir. Jika ada kesalahan atau hal-hal yang tidak saya ketahui mengenai "dunia sukarelawan", maka mohon koreksi dari siapa pun yang paham.

Dalam program yang dijalankan Kota X ini, mereka punya puluhan sukarelawan yang nantinya akan menjangkau persoalan sosial. Terdengar bagus? Baik, saya beritahu Anda bahwa saudara-saudara kita itu tidak digaji (namanya juga sukarelawan seperti kata orang-orang di luar sana), melainkan diberi "apresiasi" dengan jumlah yang tidak layak menurut saya. Tolong jangan tanyakan berapa nominalnya, saya malas menyebutkan. Sebagai gambaran, jika diterjemahkan dalam rupiah, kira-kira enam ratus ribu, untuk satu bulan.

Nah, coba kita pikir. Dari mana asalnya sukarelawan ini? Karyawan aktif? Pengusaha? Pemulung? Atau apa? Saya coba tebak: orang-orang yang belum beruntung mendapatkan pekerjaan yang layak. Setuju?

Tidak mungkin seorang karyawan dari suatu institusi atau perusahaan menjadi seorang sukarelawan pada saat jam kerja. Tidak mungkin pula pengusaha yang sangat sibuk membangun kerajaan bisnisnya sempat mengikuti program ini. Maka saya tetap berpendapat bahwa sukarelawan ini diisi oleh saudara-saudara kita yang belum beruntung mendapatkan pekerjaan tetap. Dengan mengikuti program tersebut, setidaknya mereka bisa dapat uang untuk menyambung hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline