Dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada tanggal 21 Februari 2018 sejumlah pegiat lingkungan mengadakan kegiatan diskusi dan talk show bertema "Cerita Konservasi Hari Peduli Sampah Nasional" pada hari Minggu (25/2) 2018 dari pukul 16.00 s/d 20.00 wita berlokasi di Fountain Stage, Beachwalk Shopping Centre, Jalan Raya Pantai Kuta.
Komunitas yang tergabung dalam kegiatan ini diantaranya ada Komunitas World Wildlife Fund for Nature (WWF ) Bali, Komunitas 60+ Earth Hour (EH) Bali, Komunitas Marine Buddies Bali, dan Komunitas Maine Debries Bali. Acara diskusi dan talkshow dibagi menjadi dua sesi. Sedi yang pertama mengahadirkan Diskusi Kopi Laut yang mengangkat masalah mengenai kreatif menyikapi sampah. Sedangkan sesi kedua yang dimulai pukul 18.00 wita merupakan workshop tentang seni mengolah sampah membuat Eco-brick dari botol plastik.
Diskusi kopi laut mengahdirkan praktisi yang sangat mumpuni dibidangnya diantaranya ada Bapak Imam Musthofa (Sunda Banda Seacape and Fisheries Leader WWF Indonesia), Bapak I Gede Hendrawan ( Coastal and Enviromental Oceanography Researcher Universitas Udayana), dan Bapak I Ketut Wisada (Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar). PPada sesi diskusi kopi laut banyak membedah permasalahan lingkungan yang ada di perairan Pulau Bali dan solusi yang tepat untuk mengurangi sampah di Pulau Bali yang notabene merupakan daerah destinasi Pariwisata yang begitu padat.
Sesi workshop merupakan sesi yang begitu menarik untuk disaksikan. Pasa sesi ini anggota dan relawan dari Komunitas Earth Hour Bali memberikan praktek langsung ke peserta Cerita Konservasi untuk mengurangi sampah dengan metode recycle (mengolah kembali sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat). Sebelumnya Komunitas Earth Hour Bali sudah mempersiapkan puluhan botol air mineral bekas ukuran 600 ml. Botol-botol bekas yang sudah dibawa selanjutnya akan dibuat beberapa Eco-brick yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbekal lem tembak, selotip dan kreatifitas para anggota Komunitas Earth Hour Bali, botol-botol air mineral disulap menjadi sebuah bangku yang eksotis.
Untuk membuktikan kekuatan dan daya tahan bangku Eco-brick, seorang peserta Diskusi dan Talkshow berusia 4 tahun diminta untu duduk diatas bangku yang terbuat dari botol air mineral bekas. Dan ternyata botol-botol ini tidak penyok dan sangat kuat untuk diduduki bahkan sekalipun orang dewasa yang mencobanya. Para peserta pun bertepuk tangan dengan Eco-brick buatan para anggota Komunitas Earth Hour Bali. Eco-brick yang dibuat menyerupai bangku duduk ini bila dipermak lebih cantik lagi bisa dichat dengan warna-warna dan gambar sesuai dengan selera. Bahkan bila ditekuni Eco-brick dapat dijual dan menjadi sebuah industri kreatif dalam sebuah inovasi pemanfaatn sampah plastik.
Koordinator Komunitas Earth Hour Bali yaitu Sutan Tantowi Dermawan mengungkapkan bahwa Eco-brick merupakan solusi kreatif untuk pemanfaatan sampah plastik seperti dari botol air mineral. Diharapkan melalui demo Eco brick masyarakat bisa lebih sadar bahwa sampah plastik bisa dikurangi dengan mengolahnya kembali menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
"Jangan buru-buru membuang botol plastik ke tong sampah, sampah plastik bisa dikurangi dengan mengolah kembali menjadi Eco-brick. Sampah bisa diubah menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis dan memiliki harga jual yang tinggi bila kreatif mengolahnya" jelas Sutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H