Pernah mendengar istilah jurnalisme investigasi? Kebanyakan masyarakat mengerti jurnalisme investigasi dari tayangan seperti reportase inivestigasi yang tayang di salah satu televisi swasta dan lain sebagainya. Nah, jikadi media cetak jurnalisme investigasi kurang lebih sering mencantumkan kata “mengungkap” misalnya mengungkap bisnis prostitusi pelajar sma. Saat di bangku perkuliahan kebetulan penulis bergabung di lembaga pers mahasiswa di fakultas tempat menulis menuntut ilmu.Kebetulan pada tanggal (5/9) 2011 lembaga pers penulis sedang mengadakan pelatihan jurnalistik tingkat lanjut dan menghadirkan pembicara seorang redaktur Radar Bali dan Korlip Bali Express yaitu Muhammad Ridwan ,S.Pd atau akrab disapa Mas Ridwan. Mas Ridwan sendiri dalam pelatihan jurnalisme investigasi mengajak para calon wartwan muda untuk tahu pengertian jurnalisme investigasi di awal pelatihan.
Investigasi berasal dari bahasa Latin vestigium yang artinya jejak kaki. Sedangkan reporting bersal dari bahasa latin reportare yang artinya membawa sesuatu dari suatu tempat. Di kancah jurnalisme internasional, reportase investigasi di dunia internasional dikenal dengan istilah The Mucrakers (para pembongkar kasus) atau wartawan investigasi. Menururt Mas Ridwan saat pengisi di pelatihan jurnalis tingkat lanjut reportase investigasi adalah suatu metode jurnalistik dengan cara penelisikan atau penyelidikan yang berguna untuk mengungkap informasi yang tersembunyi dan ditutup-tutupi baik yang dilakukanoleh individu atau lembaga pemerintahan atau swasta.
Dalam sebuah jurnalisme investigasi seorang wartwan tidak boleh memanipulasi data. Namanya juga investigasi, kalo data dimanipulasi bukan lagi menjadi sebuah investigasi namun menjadi kebohongan publik. Tambahan ilmu lagi saat mendapatkan latihan penulisan reportase investigasi adalah jumlah paragraph dalam suatu pembuatan berita tidak terbatas, disajikan dengan struktur penulisan bebas, gaya bahasa yang disampaikan juga bebas, dan yang paling penting adalah apabila membuat berita yang menggunakan istilah bahasa lokal perlu dicetak miring. Kriteria reportase investigasi pun ada seperti ekslusifitas, kontraversial, berdampak luas, unsure ketokohan juat dan berskala luas. Untuk terjun menjadi wartwan yang menulis reportase investigasi diperlukan nyali besar sebab terkadag mengungkap sebuah kebenaran resikonya sangat besar seperti nyawa bisa melayang. Jadi kebayang wartawan RCTI yang tewa ditembak pasukan GAM beberapa tahun silam. Ternyata menjadi wartawan investigasi perlu mental yang kuat tidak lembek. Apalagi jika yang diungkap berkitan dengan penguasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H