Lihat ke Halaman Asli

Herdian Armandhani

Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Mendapat Kesempatan Hidup Kembali Berkat Tetanggaku

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetangga ibarat keluarga kedua kita. Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan interaksi satu sama lain, kita tidak mungkin bertegur sapa atau tidak peduli kejadian apa yang menimpa sebuah keluarga dalam suatu lingkungan tempat tinggal. Penulis mempunyai sebuah pengalaman yang menarik dengan tetangga. Penulis tinggal disebuah lingkungan perumahan rakyat di mana antara satu rumah dengan rumah yang lain lumayan sangat dekat. Walaupun tidak tinggal di sebuah perumahan mewah, tetapi para tetangga di lingkungan penulis terdiri dari berbagai karakter yang cukup unik. Ada tetangga yang baik jika diberikan sesuatu, ada yang menjadi istri kedua, suka bergossip, santun dan suka beribadah, angkuh, suka pamer barang, menolong tanpa pamrih dan masih banyak lagi karakter-karakter yang hadir di lingkungan tempat tinggal penulis yang heterogen.

Saat di Bulan Mei 2010 penulis jatuh sakit dan lumayan membuat satu isi rumah panik. Sebelum sakit penulis banyak sekali mengikuti kegiatan kemahasiswaan diambang wajar saking aktifnya berorgansiasi di kampus. Karena kondisi badan tidak fit akhirnya penulis pun tumbang. Di rumah badan rasanya tidak enak sekali, keringat dingin dan kepala sangat pusing. Obat yang umum digunakan seperti pereda demam sudah tidak ampuh mengurangi demam. Termometer di rumah sudah menunjukan 38 derajat celcius. Pertama penulis bersikukuh tidak ingin dirawat inap di rumah sakit karena takut jarum suntik. Hahaha. Nah, kondisi badan yang sudah lemas tersebut akhirnya ada seorang tetangga yang berbaik hati mengantarkan penulis untuk diruwat di rumah sakit dengan menggunakan mobil pribadinya.

Penulis memanggil tetangga yang mengantarkan penulis dengan nama sapaan Pak De Pramu. Pak De Pramu ini adalah seorang purnwairan TNI. Walaupun ia sudah pensiun, kondisi fisiknya masih bugar dan terlihat masih muda. Hanya rambutnya saja yang sudah memutih menandakan usianya yang sudah tidak muda lagi. Sesampainya di rumah sakit dokter memvonis penulis terkena gejala demam berdarah dan tifus. Waduh ngeri amat vonisnya. Kondisibadan sudah seperti diawang-awang alias nge-fly. Kata dokter sih kalo terlambat ke rumah sakit, nyawa bisa menjadi taruhannya. Akhirnya dengan berat hati penulis di rawat selama seminggu di rumah sakit. Untung saja tetangga penulis ini sigap membantu penulis. Sangat berhutang budi dengan beliau. Namun, saat ini beliau sudah berpulang kerahmatullah akibat kanker paru-paru stadium IV yang tidak ia rasakan sama sekali. Terimakasih tetanggaku, berkat anda saya selamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline