Lihat ke Halaman Asli

Herdian Armandhani

Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Menggaet Konsumen melalui Impulsive Buying

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13552317151676143744

[caption id="attachment_221051" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi (sumber :www.springcoin.com)"][/caption] Setiap manusia pada intinya menyukai membeli suatu barang untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tentunya kebutuhan primer didahulukan baru setelah itu kebutuhan sekunder dan tertier tergantung kondisi perekonomian masing-masing orang. Saat ke pusat perbelanjaan ataupun Mall kita pasti sering menyusuri stand penjualan baju, tas, arloji, perhiasan,sepatu, kebutuhan sehari-hari dan lain-lain. Niat ke pusat perbelanjaan/Mall hanya untuk melihat-lihat saja sekedar mencuci mata dan refreshing tiba-tiba saja berbalik seratus delapan puluh derajat ngebet untuk membeli barang tersebut semisal baju yang dipajang pada patung moneka manekin.

Nah,kejadian tersebut di dalam dunia pemasaran (marketing) sering disebut dengan istilah impulsive buying. Impulsive buying atau biasa disebut juga unplanned purchased, adalah perilaku orang dimana orang tersebut tidak merencanakan sesuatu dalam berbelanja. Konsumen melakukan impulse buying tidak berpikir untuk membeli suatu produk atau merek tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu juga.

Bagi pemasar menggunakan strategi impulsive buying merupakan cara efektif untuk menarik simpati konsumen sehingga calon pembeli yang awalnya tidak ingin membeli apa-apa selanjutnya bisa membawa pulang produk-produk yang ditawarkan di pusat perbelanjaan ataupun Mall. Ragam dari impulsive buying sangatlah banyak.Umumnya yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan voucher diskon (potongan harga) pada suatu produk, promo berhadiah, dan menempatkan suatu produk dalam tampilan yang menarik seperti menggunakan boneka manekin, rak-rak yang strategis dan membuatkan stand istimewa pada suatu stand diantara produk-produk sejenis.

Voucher diskon (potongan harga) dapat dicontohkan sebagai berikut. Misalnya suatu Mall Xmendekati hari ray natal dan perayaan tahun baru memberikan potongan harga 50% jika seorang konsumen membeli 2 pieces baju dengan produk yang telah ditentukan. Kebanyakan strategi impulsive buying dengan konsep voucher diskon (potongan harga) menyasar kaum ibu dan abg perempuan yang doyan berbelanja. Promo berhadiah sendiri diterapkan agar konsumen lebih banyak membeli suatu produk tertentu contohnya jika seseorang membeli arloji merek tertentu berlaku kelipatannya dapat diikutkan undian berhadiah umroh bareng pasangan atau mendapatkan kesempatan untuk mengikuti gebyar hadiah 1 milyar yang diundi akhir tahun.

Sedangkan impulsive buing melalui konsep menggunakan boneka manekin ini yang menarik. Boneka manekin didandani layaknya manusia hidup dan dipakaikan produk misalnya pakaian,jelana jeans dan topi serta kacamata. Peletakan boneka manekin ditempatkan di pintu masuk Mall atau awal ketika kita menaiki tangga escalator. Ada juga yang ditempatkan disisi-sisi Mall didalam kotak kaca. Agar lebih menarik danlebih unggul dari produk sejenis biasanya di pusat perbelanjaan/mall disewakan space kosong bagi produk tertentu supaya dilirik konsumen. Impulsibe buying sebenarnya sangat menguntungkan pihak pemasar (marketing) karena dapat meningkatkan rasio pembelian dari waktu ke waktu. Jadilah konsumen yang bijak jika kita tidak ingin terjerat taktik impulsive buying.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline