Lihat ke Halaman Asli

Herdian Armandhani

Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Mendongeng Bersama Made Taro

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13528008681447326080

[caption id="attachment_216163" align="aligncenter" width="300" caption="Bapak Made Taro (Sumber : www.thejakartapost.com)"][/caption] Banyak orang beranggapan bahwa dongeng atau cerita rakyat sudah tidak diminati lagi oleh masyarakat, terutama anak-anak dan orang tua generasi terkini. Dongeng bahkan sudah dianggap ketinggalan zaman dan tak layak untuk dinikmati oleh ana-anak, karena perannya sudah digantikan oleh dunia hiburan atau materi pendidikan lain yang lebih menarik danmodern. Anggapan sebagian masyarakat boleh jadi benar dan memang ada fakta yang mendukungnya,tetapi bisa juga keliru karena fakta lain juga membuktikan bahwa dongeng sampai saat ini masih juga diminati anak-anak dan orang tua. Meskipun anak-anak dan orang tua generasi terkini sangat menggandrungi hiburansemisal menonton televisi dan permainan modern.

Di Bali, dunia dongeng mendongeng tidak terlalu dikhawatirkan kepunahannya sebabsebagian orang tua dari generasi ke generasi masih banyak yang mendongeng. Begitu juga anak-anak,banyak yang masih meminati dongeng. Apalagi ada sanggar-sanggar seni anak-anak di mana dongeng menjadi bagian dari anak-anak tersebut. Buku-buku dongeng masih terus ditulis oleh pakar dongeng di Bali dan bisa dibeli di took-toko buku. Made Taro, salah satunya, adalah salah satu sesepuh dan pakar pendongeng yang dimiliki oleh Bali. Pria kelahiran Desa Sengkidu, Kecamatan Maggis, Kabupaten Karangasem, Bali tahun 1939 ini bersamaSanggar Kukuruyuk yang didirikannya berhasil mempopulerkan konsep mendongeng sambil bermain.Beliau menekuni cerita rakyat, permainan rakyat dan nyanyian rakyat setelah menyeleaikan pendidikan Arkeologi di Fakultas Sastra UNUD di Tahun 1973.

Beberapa karya dongeng dari pensiunan guru SMAN 2 Denpasar tahun 2000 ini diantaranya adalah Bawang dan Kesuna, Onion and Garlic (Balai Pustaka, 1997), Lagu-Lagu Permainan Tradisional Bali (Upada sastra, 1999), Aliiih...! Traditional Balinese Games (Taksu Foundation, 2000), Gita Krida (Sarad, 2001), Randu dan Sahabatnya (Kanisius, 2002), Dongeng-Dongeng Pekak Mangku (Sanggar Kukuruyuk, 2004), Bulan Pejeng dan Balingkang (Grasindo, yang keduanya terbit tahun 2004), Bebek Punyah (Balai Bahasa, 2004), dan Dongeng-Dongeng Karmaphala (tahun 2006). Bukunya yang  diterbitkan Balai Pustaka, 1997, memperoleh penghargaan Adi Karya dari Ikatan Perusahaan Penerbit Indonesia (IKAPI) di tahun 1998. Dan sekarang buku itu sudah dicetak untuk keempat kalinya. Penghargaan lainnya berupa Bali Award, Anugerah Permata, Sastra Rancage (Jakarta), Hindu Books & Readers Community, Seni Kerti Budaya dan sebagainya. Semua penghargaan itu berhubungan dengan pelestarian budaya, karang-mengarang serta dongeng. Sementara di dunia pendidikan, Made Taro pernah terpilih menjadi guru teladan, berkesempatan mengajar di Darwin (Australia), menjadi dosen honorer di Fakultas Sastra Universitas Udayana serta Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dwijendra.

Sanggar Kukuruyuk miliki beliau yang berpusat di SD 8 Dauh Puri Denpasar,dan kini sudah membuka cabang di SD Saraswati 4 Denpasar dan SD Kartika Udayana menerapkan konsep mendongeng sambil bermain.Saat ini beliau sedang menyelesaikan buku dongeng beliau ke-33 yang akan terbit akhir tahun 2012 atau awal 2013 judulnya adalah Dongeng untuk Presiden.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline