Wakil rakyat seharusnya merakyat.Begitulah penggalan lirik lagu yang sering penulis dengar ketika penulis masih kecil. Penggalan lirik lagu ini sering diputar di televisi ketika akan ada perhelatanpemilu legislatif. Entah siapa nama pengarang dan penyanyi lagu tersebut. Tetapi yang jelas lirik lagu ini cukup menyentil para wakil rakyat yang akan mencalonkan diri menjadi anggota dewan maupun akan maju kembali untuk periode kedua kalinya.Berbicara mengenai pemilu legislatif yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014, banyak sekali cerita mengenai calon legislatif dalam mengkampanyekan dirinya agar dipilih oleh rakyat. Wargamasyarakat pun sebagai calon memilih lebih teliti untuk mengetahui sepak terjang dan latar belakang calon legislatif yang akan mereka coblos di tempat pemilihan suaranantinya. Hal ini dimaksudkan agar nantinya calon legislatif yang dipilih dan menang dalam pemilu legislatif benar-benar menyambung lidah rakyat.
Seperti diberitakan di media massa banya calon legislatif yang mencalonkan diri hanya bermodal nekad dan asal-asalan. Ada yang berprofesi sebagai foto model majalah pria dewasa, artis yang tidak laku di televisi, dan masih banyak lagi. Mereka-mereka ini mencalonkan dirikalo kita nilai bukanlah untuk menyejahterakan rakyat, namun hanya mensejahterakan diri mereka pribadi. Penulis sempat berbincang dengan seseorang yang berprofesi sebagai seorang supir freelance. Sebut saja namanya Bapak Jaja (bukan nama sebenarnya). Bapak Jaja pernah bekerja sebagai supir paruh waktu seorang calon legislatif incumbent. Bapak Jaja ini bekerja freelance dengan Bapak Ucup (bukan nama sebenanrya). Rumah Bapak Ucup hanyalah sebuah kontrakan kecil. Anaknya sendiri sangat banyak yaitu lima orang. Bapak Ucup lima tahun sebelumnya adalah seorang yang tidak memiliki pekerjaan yang jelas. Masih dari penuturan Bapak Jaja mantan supir freelance Bapak Ucup, saatmenang menjadi anggota dewan alhasil hidup Bapak Ucup jauh dari kata berkecukupan. Mobilnya pun sering gonta-ganti dan kini memiliki rumah mewah berlantai tiga yang ditaksir berharga 3 milyar.
Saat ini Bapak Ucup sedang mencalonkan diri kembali menjadi anggota legislatif. Tapi Bapak Ucup hanya terlihat turun ke tengah masyarakat saat nyaleg. Saat setelah duduk di kursi dewan, ia sudah tidak pernah lagi terlihat berbaur dengan warga masyarakat maupun sekedar bertegur sapa. Belajar dari cerita Bapak Jaja, supir freelance bapak Ucup. Penulis berkesimpulan jika kita memilih wakilrakyat hendaklah jangan memilih wakil rakyat seperti Bapak Ucup ini. Hanya turun ke masyarakat ketika ingin dipilih saja. Ketika sudah menjadi anggota dewan pun harus tetap turun ke masyarakat. Buat apa memilih calon wakil rakyat yang hanya lips service saja. Saat ini Pak Ucup mencalonkan diri kembali menjadi wakil rakyat. Entah terpilih lagi atau tidak.Disini yang terpenting adalah masyarakat jangan memilih seseorang yang salah untuk kedua kalinya. Tertipu cukup sekali saja ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H