Sebentar lagi para pelajar kelas 3 yang duduk di bangksu sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menegah atas (SMA) akan bertemu dengan sesuatu yang akan menentukan masa depan mereka untuk naik kejenajang pendidikan yang lebih lagi. Adik-adik kita akan bertemu dengan ujian nasional (UN) yang setiap tahunnya selalu membuat para pelajar ini belajar ekstra keras agar lulus sesuai dengan target kelulusan yang ditentukan oleh pemerintah kita. Standar kelulusan yang dari tahun ke tahun selalu naik membuat kecemasan tersendiri bagi para siswa kelas 3 di Indonesia. Banyak pelajar yang takut tidak lulus ujian nasional dan mesti mengikuti ujian kejar paket. Para gurupun juga ekstra keras memberikan materi tambahan dan am belajar ekstra khusus siswa siswi kelas 3 agar nilai standar kelulusan ujian nasional mereka tidak sampai membuat para pelajar ini dinyatakan tidak lulus.
Kondisi psikologis para siswa pun terkadang juga antara siap dan tak siap. Ujian nasional ibaragt hantu yang menakuti mereka menjelang detik-detik ujian nasional. Terkadang banyak para pelajar yang melamun memikirkan akan nasib masa depan mereka. Kondisi pikiran yang dalam keadaan kosong ini akan memancing energi-energi yang tidak baik menempel di badan para siswa ini. Selalu saja diberitakan di surat kabar maupun berita elektronik di beberapa sekolah para siswanya mengalami kejadian kesurupan (trance). Peristiwa kesurupan ini selalu yang menjadi bahan kambing hitam adalah makhluk tak kasat mata seperti jin, kuntilanak, penunggu gaib sebuah ruangan, bangunan bahkan pohon besar yang ada di sekolah.
Sebenanrnya peristiwa kesurupan yang dialami para pelajar ketika akan mengikuti ujian nasional adalah bukan karena pelajar tersebut sedang dirasuki makhluk halus dan sejenisnya melainkan beban kerja otak untuk berpikir yang terlampau berat. Otak kita analogikan sebagai sebuah sekring listrik, bila sudah kelebihan beban daya makaia akan padam. Bahkan bila sekringnya kualitasnya tidak baik bisa terjadi kebakaran. Begitu juga dengan otak manusia yang memiliki batas untuk menerima beban. Saran penulis sih agar para pelajar kita tiddak kesurupann menjelang detik-detik ujian nasional salah satunya adalah dengan terlalu emmforsir pikiran dengan belajar sistem kebut semalam. Belajar sebaiknya diselingi dengan rehat sejenak missal menonton televisi 20 menit kemudian belajar lagi. Jadi, bila terjadi kesurupan missal jangan lantas kambing hitamkan makluk gaib, lihatlah dari sisi penalaran logika terlebih dahulu dalam menyikapinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H