Lihat ke Halaman Asli

Herdian Armandhani

Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Kitab Suci Jangan Dijadikan Alat Propaganda Politik

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Empat hari lagi warga negara Indonesia akan memilih sosok yang akan memimpin Negara Indonesia selama lima tahun kedepan. Tanggal 9 Juli 2014 nanti akan ada sejarah baru yang akan terus dikenang oleh negara Indonesia. Indonesia akan memiliki sosok presiden ketujuh yang menggantikan kepemimpinan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Banyak warga negara Indonesia yang berharap supaya nantinya presiden yang akan datang bisa lebih memperhatikan nasib rakyat Indonesia, melanjutkan program positif presiden sebelumnya, dan mampu membawa negara Indonesia untuk menjadi negara yang dapat berdir diatas kaki sendiri (berdikari). Dua sosok calon presiden dan wakil presiden dari nomer urut 1 yaitu pasangan Prabowo Subianto – Hatta Radjasa dan pasangan presiden dan wakil presiden dari nomer urut 2 yaitu Joko Widodo- Jusuf Kalla adalah dua kandidat yang sangat luar biasa dan merupakan pilihan terbaik dari yang paling baik yang akan membuat rakyat Indonesia menjadi lebih baik.

Kampanye-kampanye dari satu daerah ke daerah lainnya di setiap provinsi yang ada di Indonesia merupakan salah satu cara untuk menarik simpati rakyat agar dapat memilih salah satu dari dua kandidat yang bertarung di pemilu presiden. Kampanye kreatif adalah salah satu cara yang banyak dilakukan oleh kedua calon presiden ini mulai dari membuat theme song kemenangan, flashmob, baliho yang unik, serta masih banyak lagi. Kampanye kreatif lebih mudah diingat oleh masyarakat ketimbang melakukan sebuah orasi akbar di stadion atau lapangan. Kampanye kreatif tak dipungkiri menjadi salah satu senjata andalan para calon presiden dan wakil presiden yang akan bertarung tanggal 9 Juli mendatang.

Namun, ada yang menurut pendapat penulis ada kampanye kreatif yang kurang etis dan patut untuk dilakukan. Salah satunya adalah mengait-ngaitkan ayat-ayat dalam kitab suci Al-Quran maupun kutipan-kutipan Al-Kitab bahwa pemimpin Indonesia sudah tercatat didalamnya. Ada juga yang menjumlahkan nama-nama kandidat capres-cawapres kemudian ditautkan dengan arti dari sebuah ayat atau kutipan di Kitab suci. Menurut hemat penulis, politik jangan dibawa ke ranah agama. Agama bukanlah senjata politik untuk mencari sebuah kekuasaan. Politik dan agama tidak akan bisa menjadi satu karena cakupannya sudah berbeda. Kampanye kreatif sah-sah saja, tapi jangan mengusik sesuatu yang bersinggungan dengan sebuah atribut keagamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline