Lihat ke Halaman Asli

Herdian Armandhani

Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Caleg Gagal yang Meresahkan

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunda penulis memiliki seorang kakak sepupu bernama Santoso. Hubungan persaudaraan ini berasal dari Almarhum Kakek Penulis (Bapak dari Bunda). Jadi, kakek penulis ini memiliki kakak perempuan dan kakak perempuan almarhum kakek penulis ini memiliki anak salah satunya bernama Santoso ini. Penulis dan Pak De Santoso, begitu penulis menyebut namanya karena usianya juga sudah uzur, sama sekali berlum pernah berjumpa. Bunda penulis terakhir berjumpa dengan Pak De Santoso saat Kakek Penulis berpulang ke pangkuan Ilanhi tahun 2004. Kata Bunda penulis menuturkan bahwa Pak De Santoso adalah seorang yang kaya raya karena bekerja sebagai pegawai negeri sipil, namun jeleknya ia hobi menikah dengan banyak wanita dan memiliki sombong serta tidak pernah membantu saudara yang sedang mengalami kesusahan.
Sehari yang lalu (1/10) 2014 si Pak De Santoso ini tak ada angin dan tak ada hujan menghubungi Bunda melalui telepon rumah. Tanpa menanyakan kabar bunda dan keluarganya si sepupu Bunda ini langsung tanpa mengucapkan salam di telepon meminta dana kepada Bunda. Ia mengatakan untuk meminta dana seribu dua ribu. Maksudnya adalah bila diartikan dana yang diminta satu atau dua juta saja. Bunda pun menolak dengan halus karena Bunda memang tidak memiliki dana yang disebutkan. Si Pak De Santoso ini menceritakan bahwa ia bangkrut dikarenakan istri ketiganya kalah dalam bursa pencalonan pemilu legislatif di daerah Pasuruan, Jawa Timur. Bunda sudah mengatakan tidak memiliki dana yang disebutkan, namun sepupu Bunda ini terus mendesak dan meminta nomoer telepon genggam Bunda.
Bunda memberikan nomer teleponnya karena tidak ingin rebut denga sepupunya. Sepupus Bunda terus mengejar dan tetap meminta dana yang dimaksud dengan memberikan nomer rekeningnya. Nah, ia pun terus menghubungi nomer telepon rumah setelah percakapan telepon kedua dihentikan. Telepon kedua penulis yang mengangkat, Si sepupu Bunda dengan tidak sopan membentak penulis dan meminta dana yang dimaksud. Penulis masih sabar dan mengatakan bahwa memamng bunda tidak memiliki dana yang diminta. Langsung si sepupu bunda ini memutukan percakapan tanpa mengucapkan kata maaf atau terimakasih. Penulis heran dengan sepupu bunda yang aneh ini. Baru mengenal dan menghubungi saudaranya bila butuh bantuan. Harusnya silaturahmi dijaga dengan baik. Mungkin saja apabila si sepupu bunda ini menang menjadi anggota legislatif tingkah polahnya akan arogan dan cenderung ingin menguasai. Tapi rupanya Tuhan tidak menghendaki si sepupu Bunda menjadi anggota lesgislatif. Apa jadinya kursi dewan diduduki oleh manusia yang memiliki sikap seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline