Lihat ke Halaman Asli

Herdian Armandhani

Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Syndrome Tajir : Pelit Mengeluarkan Duit

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu seorang teman Bunda sebut saja Ibu Popon mengirimkan sebuah pesan singkat via aplikasi blackberry messenger dan mengatakan bahwa ia ingin meminjam uang sejumlah dua juta rupiah kepada Bunda Penulis. Penulis kaget mendapatkan pesan singkat itu sebab dari yang penulis ketahui Ibu Popon ini adalah seorang yang kaya raya. Suaminya adalah seorang wakil kepala Bank sebuah perusahaan industry perbankan yang cukup terkenal di Indoneisa. Selain itu juga ia baru membangun sebuah rumah di Kota Gudeg senilai delapan ratus juta rupiah. Ia juga memiliki dua buah mobi mewah yang baru dibeli tiga tahun belakangan ini. Gaji suaminta yang dikumpulkan selama bertahun-tahun dalam bentuk deposito dan investasi pun juga sangat banyak. Kedua anak Bu Popon pun juga berkuliah di universitas yang biaya kuliahnya cukup mahal persemesternya. Ibu Popon juga hobi berbelanja pakaian yang kisaran harganya diatas lima ratus ribuan.

Penulis pun menjawab bahwa Bunda penulis memang tidak memiliki uang yang dimaksudkan. Uang gaji pensuon ayah penulis saja belum masuk ke rekening. Ibu Popon ini memang terkenal pelit dan jarang mau mengeluarkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Untuk memenuhi kebutuhan duniawinya ia tak segan-segan meminjam duit ke orang lain. Sangat berbanding terbalik dengan kehidupan mewah dan harta yang ia miliki. Membeli mobil dan membangun rumah mewah saja bisa tetapi uang sejumlah dua juta rupiah saja tidak ia miliki. Hal yang terbaru dari Ibu Popon adalah ia baru saja melakukan perawatan memutihkan gigi di salah satu klinik dengan biaya yang dapat dikatakan mahal. Ia selalu membanga-banggakan anak lelakinya yang berpacaran dengan anak pengusaha konlomerat. Tak habis piker dengan tingkah Ibu Popon ini.

Satu hal yang menurut penulis tidak sopan adalah Ibu Popon tidak mengatakan langsung kepada Bunda. Alasannya karena tidak ada pulsa telepon. Saat ini dengan pulsa sepuluh robu saja kita dapat menelpon seseorang sepuasnya. Saking pelitnya untuk membeli uang pulsa, ia tak mau merugi menelpon orang lain. Tidak etis menurut hemat penulis tabiat Ibu Popon ini. Pantas saja jarang yang ingin berteman dengan dirinya. Setiap bertemu dengan temannya ia gila pujian dan tidak ingin ada orang lain yang lebih kaya dari ibu satu ini.Penulis jadi berpikir , apa memang semua orang kaya begitu ya? Salam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline