Lihat ke Halaman Asli

Herdian Armandhani

Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Serunya Menonton Rumah Di Seribu Ombak Bareng Sutradara Erwin Arnada

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1422195591228488782

[caption id="attachment_366106" align="aligncenter" width="300" caption="Usai Acara Nobar Rumah Di Seribu Ombak (Sumber : Dokumentasi Minikino)"][/caption]

Sabtu (24/1) 2015 menjadi pengalaman yang luar biasa bagi anak muda di Kota Denpasar, Bali yang mencintai film buatan anak negeri. Pasalnyapada pukul 19.30 wita mereka dapat menyaksikan pemutaran film Rumah Di Seribu Ombak secara gratis. Lokasi pemutaran film yang dibuat pada tahun 2012 dan menyabet sejumlah penghargaan ini diadakan di Griya Musik Irama Indah dan didukung oleh Minikino. Hal yang membuat semakin istimewa pemutaran film Rumah Di Seribu Ombak adalah kehadiran Sang Sutrada Erwin Arnada. Erwin Arnada adalah sutrada dari beberapa film terkenal sebut saja Jelangkung, Bangsal 13, 30 Hari Mencari Cinta dan masih banyak lagi.

Acara dibuka dengan sambutan hangat dari pemilik studio music Griya Musik Irama Indah yaitu Fransisca Prihadi. Film Rumah Di Seribu Ombak yang diputar selama kurag lebih dua jam tersebut mampu mengaduk-ngaduk perasaan para penonton yang menyaksikannya. Film yang dibintangi olehDedey Rusma,Risjad Aden, Bianca Oleen, Lukman Sardi, Jerinx (Superman IS Dead) dan ditulis olehJujur Prananto bercerita tentang persahabatan dua bocah bali yang tinggal di Kawasan Pantai Lovina, Singaraja, Bali yaitu Samidi dan Wayan Manik (Yanik). Persahabatn mereka terjalin lantaran Yanik yang seorang anak putus sekolah yang memiliki keseharian sebagai pemandu wisatawan di Pantai Lovina menolong Samidi yang sepedanya direbut oleh anak-anak nakal.

[caption id="attachment_366108" align="aligncenter" width="300" caption="Sesi Diskusi dengan Erwin Arnada (Sumber : Dokumentasi Minikino)"]

1422195772296833108

[/caption]


Dari sanalah persahatan dua bocah laki-laki ini terjalin. Meskipun kedua bocah kecil ini berbeda keyakinan yaitu Yanik beragama Hindu dan Samidi beragama Islam namun tidak membuat mereka menjadi berjaga jarak. Yanik ternyata memiliki sebuah kisah kelam. Ia menjadi korban pedofilia bule pria berkewarganegaraan Belgi. Dari sinilah satu demi satu pengalaman hidup Yanik mulai terkuak. Film ini memang mengadaptasi dari sebuah cerita nyata yang terjadi di Pantai Lovina. Selain pemutaran film , malam itu juga ada sesi diskusi yang tak kalah menarik. Disini Erwin Arnada berbagi cerita dibalik pembuatan film Rumah Di Seribu Ombak. Ia juga memaparkan proses produksi film. Diakhir acara semua peserta dan Erwin Arnada berfoto bersama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline