Teman dari kawan penulis sebut saja Akira seorang mahasiswa blesteran Jepang bercerita kepada kawan penulis yang bernama Ajik mengenai sesuatu yang mungkin sangat dianggap tabu oleh hampir seluruh masyarakat di Indonesia. Akira bercerita bahwa kekasihnya yang baru dipacarinya selama empat bulan telat datang bulan. Akira takut jika pacarnya ini hamil. Akira bila berpacaran dengan seorang gadis selalu ujung-ujungnya adalah melakukan hubungan suami istri dengan kekasihnya. Ia tak malu dan sungkan menceritakan pengalaman seksualnya dengan para kekasihnya. Meskipun Akira menganut sebuah agama namun ia juga pernah mengatakan bahwa agama yang ia anut hanyalah untuk di kartu tanda penduduk (KTP) saja. Ia juga jarang menjalankan kewajiban agama agamanya.
Akira bercerita ke Ajik bahwa pacarnya telat datang bulan bukan sekali ini saja melainkan beberapa kali. Perilaku Akira ini mungkin jangan sekali-kali ditiru karena bukanlah contoh yang baik. Meskipun kedua orang tuanya kaya raya secara materi, namun ia seperti tidak memiliki pegangan hidup berupa agama yang ia anut. Hidupnya begitu bebas tanpa pernah takut dengan adanya Tuhan. Mungkin ini yang membedakan antara pemuda Indonesia dengan Negara Jepang. Pemuda di Indonesia lebih relijius dan takut akan Tuhan. Agama bukan saja menjadi pedoman hidup, namun bisa menjadi pegangan di dalam setiap tindakan yang dilakukan sehari-hari.
Untung saja pacarnya telat datang bulan bukan karena hamil. Mungkin bila pacarnya ini hamil ia akan menyuruh pacarnya untuk menggugurkan kandungan. Mudah-mudahan anak muda di Indonesia pergaulannya tidak seperti Akira yang sangat bebas. Lebih baik Akira menikah saja daripada khawatir jika melakukan hubungan terlarang kekasihnya akan hamil. Jaug lebih bijak dan bertanggung jawab terhadap kekasihnya.