Hingar bingar gelaran Piala AFF 2020 memang telah berakhir. Timnas Indonesia yang berhasil melaju ke partai puncak, akhirnya harus menyudahi turnamen dengan status sebagai runner up kejuaraan. Namun selesainya gelaran tertinggi persepakbolaan Asia Tenggara tersebut tak serta merta membuat hal-hal unik yang menyertainya usai pula untuk dibahas.
Iya, Piala AFF 2020 sendiri menyimpan banyak kisah untuk diulas. Mulai dari keanehan para wasit, hingga upaya-upaya untuk mempermalukan Indonesia di ajang dua tahunan tersebut. Iyap, kali ini saya akan mengajak teman-teman pembaca untuk sedikit berfikir nakal tentang pertarungan antara Indonesia melawan Singapura di leg kedua babak semifinal gelaran.
Seperti yang kita ketahui bersama, pada laga kedua babak semifinal antara Indonesia melawan Singapura, diwarnai dengan tiga kartu merah bagi kubu tuan rumah. Selain itu, laga tersebut juga diwarnai dengan berbagai keputusan kontroversial dari wasit Kassem Matar Al-Hatmi asal Oman.
Mungkin kita beranggapan, pemberian 2 kartu merah pada waktu normal kepada pemain Singapura merupakan sebuah keuntungan bagi timnas Indonesia. Memang benar, hal tersebut merupakan keuntungan besar bagi anak asuh Shin Tae-yong tersebut. Pasalnya, dengan keunggulan 2 pemain, timnas Indonesia seharusnya bisa membombardir pertahanan The Lions.
Namun sayangnya, hal tersebut tak berlaku. Ketika harus bermain dengan 9 pemain karena Safuwan Baharudin dan Irfan Fandi mendapatkan kartu merah, Singapura justru mampu unggul 2-1 melalui gol yang dicetak melalui tendangan bebas oleh Shahdan Sulaiman pada menit ke 74. Sebuah gol yang mencoreng dan hampir mempermalukan Indonesia pada pertandingan krusial tersebut.
Beruntung, pemain terbaik gelaran, Pratama Arhan mampu mencetak gol penyeimbang kedudukan ketika pertandingan memasuki menit ke 88. Namun, disinilah kita bisa sedikit curiga kepada wasit yang memimpin laga dan upaya untuk mempermalukan timnas Indonesia. Iya, ketika pertandingan menuju menit-menit terakhir, Kassem Al-Hatmi memberikan hadiah penalty bagi tuan rumah setelah mengklaim Pratama Arhan melakukan pelanggaran di kotak terlarang. Padahal dari tayangan ulang, jelas sekali apa yang dilakukan oleh Pratama Arhan mengenai bola dan tak bisa dianggap sebagai pelanggaran.
Dengan asumsi pertandingan hanya menyisakan hitungan menit, maka besar kemungkinan bagi tuan rumah untuk memenangi laga melawan Indonesia. Kalah dalam sebuah pertandingan merupakan hal yang biasa. Namun, tentu saja hal ini akan menjadi aib dan sebuah hal yang memalukan bagi timnas Indonesia, mengingat mereka kalah dari tim yang bermain dengan 9 orang saja.
Pikiran jelek saya, hal ini seperti sebuah plot untuk mempermalukan timnas Indonesia. Sang wasit seolah-olah merugikan Singapura, namun pada akhirnya justru merencanakan sebuah plot twist dengan memberikan hadiah penalty agar timnas Indonesia kalah dari tim lawan yang bermain dengan 9 pemain. Apa kata warganet ketika saat itu Nadeo tak bisa menahan penalty Faris Ramli? Tak hanya dicaci oleh pendukung tim lawan, timnas Indonesia juga bakalan jadi bulan-bulanan warganet Indonesia. Dan sepertinya, kalimat "Masak, lawan 9 orang pemain aja kalah?" akan menjadi template untuk mengutuk kekalahan timnas Indonesia kala itu ya.
Beruntungnya, Nadeo mampu menepis tendangan penalty Faris Ramli dan membuat Indonesia kembali bernafas untuk kemudian menyudahi perlawanan liat tuan rumah dengan skor 4-2. Dan yang paling penting, upaya untuk mempermalukan timnas Indonesia juga berakhir dengan kegagalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H