Meski timnas Indonesia berada di ambang kegagalan untuk kali keenam di final Piala AFF, namun pencapaian seorang Shin Tae-yong sangat layak untuk diapresiasi.
Dengan berbagai permasalahan yang ada, coach Shin Tae-yong berupaya keras membenahi skuat di timnas Indonesia, dan berhasil membawa skuat Garuda menuju partai puncak meski pada awalnya tak diunggulkan.
Menanggapi keberhasilan dan prospek cerah yang ditunjukkan oleh timnas Indonesia, maka seharusnya pelatih asal Korea Selatan tersebut mendapatkan kesempatan untuk kembali memoles anak-anak Garuda. Dan PSSI, sebagai federasi, cukup memberikan 2 hal saja kepada Coach Shin jika menginginkan timnas Indonesia berkembang dan mengejar ketertinggalan dari rival-rival di Kawasan Asia tenggara. Apa sajakah dua hal itu? Mari kita bahas bersama.
Hal pertama yang harus diberikan PSSI kepada coach Shin Tae-yong adalah waktu untuk melatih. Iya, meski tercatat mulai menangani timnas Indonesia pada akhir tahun 2019 lalu, namun dalam setahun setengah pertama, coach Shin tak bisa maksimal memoles skuat Garuda karena adanya pandemi Covid-19.
Praktis, coach Shin mulai bisa fokus dan benar-benar membenahi permainan timnas Garuda pada pertengahan tahun 2021 lalu, ketika timnas Indonesia senior memulai kembali kampanye mereka di ajang lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2022. Hasilnya pun tak mengecewakan.
Dengan mengandalkan para pemain muda, coach Shin berhasil memetik satu-satunya poin di babak kualifikasi selepas mampu menahan imbang Thailand dengan skor 2-2. Dan dengan materi pemain yang relative masih muda dengan potensi yang bagus, coach Shin akan mampu membentuk skuat yang solid jika diberikan waktu untuk kembali memegang tim ini dalam tempo dua atau tiga tahun ke depan.
Hal kedua yang harus diberikan kepada coach Shin Tae-yong adalah kebebasan. Baik itu kebebasan dalam menentukan program Latihan, pengembangan pemain, ataupun kebebasan dalam hal pemilihan pemain.
Seperti yang lumrah terjadi, para pelatih yang menangani timnas Indonesia seringkali harus mengalah dengan kepentingan klub peserta liga ketika melakukan pemilihan pemain.
Selain Alfred Riedl, coach Shin juga merasakan bagaimana harus meracik tim ditengah keterbatasan dirinya dalam melakukan pemilihan pemain.
Menjelang gelaran AFF, coach Shin bahkan harus merelakan beberapa pemain pilihannya kembali ke klub karena melebihi batas pemanggilan pemain yang telah disepakati oleh klub. Sebuah hal yang sangat tidak masuk akal, namun harus dipatuhi karena merupakan buah dari penjadwalan liga yang kurang profesional.