Setiap tanggal 28 Oktober ingatan saya kembali saat saya berada di Kanada tepatnya di Provinsi Quebec. Melalui Program Pertukaran Pemuda Indonesia Kanada (PPIK) di tahun 1993 saya menginjakan kaki di Benua Amerika Utara. Kelompok dari Indonesia dibagi menjadi 2 dengan penempatan di provinsi yang berbeda.
Setiap momen berkumpul dengan komunitas setempat, baik di acara amal maupun culture show, kami dari Indonesia dan peserta dari kanada selalu menyanyikan lagu berbahasa Perancis berjudul Ganz du Pays, yang liriknya seperti ini Ganz du pays ce votre tourne depulesez parlez damour dan itu kalimat diulang-ulang. Terjemahannya adalah saudaraku, giliranmu untuk menyatakan cinta.
Hidup dengan orang tua angkat dan teman Kanada yang berbeda dalam banyak hal bukan perkara mudah, apalagi orang tua angkat saya menggunakan bahasa Perancis dalam kesehariannya, walaupun beliau bisa berbahasa Inggris.
Selama empat bulan tinggal di negeri dengan cuaca yang sangat ekstrim adalah tantangan tersendiri yang harus dilalui. Tidak sedikit peserta yang mengalami Culture Shock, dan bentuknya bermacam-macam, dan banyak diam adalah yang saya lakukan, sambil membawa kamus bahasa Perancis agar bisa tampil ramah di depan keluarga dan orang-orang yang saja jumpai.
Selain melatih kemandirian, program ini juga menanamkan nilai-nilai akan pemahaman lintas budaya, sehingga suatu saat jika terjadi perbedaan yang menimbulkan ketegangan politik antara kedua negara sehingga menyebabkan konflik serius (semoga tidak pernah. red), kami akan ingat bahwa di negara Kanada ada orang tua angkat kami, sahabat kami dan komunitas yang mendukung hingga kami menjadi sosok yang memahami perbedaam dalam toleransi yang jelas.
Indonesia akan memiliki bonus demografi dan jumlah terbanyak adalah dari kelompok Milinial dan generasi z. Sejak tidak berkecimpung di dunia kepemudaan saya tidak tahu persis program pertukaran pemuda antara negara yang masih tersisa.
Tiga tahun yang lalu masih diundang untuk menghadiri persiapan pertukaran pemuda untuk tujuan India, China dan Korea, yang zaman saya muda belum ada.
Tanpa membandingkan karakter pemuda tahun 90-an dengan masa disruptif ini saya masih sangat optimis bahwa Pemuda-Pemudi Indonesia masa kini tetap memiliki kecintaan pada negeri walau terkesan lebih berani dalam menyampaikan aspirasi. Perlu diberikan ruang yang seluas-luasnya untuk tumbuh agar para anak muda dapat menjadi pemimpin bangsa yang kuat dan berkarakter.
Anak muda adalah sumber energi bagi suatu negeri. Jika mereka baik maka cerah lah masa depanbangsa namun jika sebaliknya betapa menyedihkan jika Indonesia hanya tinggal sebuah kapal karam di Lautan Atlantik.
Karakter generasi Z lebih menyukai pengalaman daripada kepemilikan bisa dijadikan potensi bagi pengembangan beragam industri terutama pariwisata. Sifatnya yang praktis dan efektif bisa diandalkan untuk membuat sistem digital yang ramah.
Satu hal yang dijaga adalah jangan sampai anak-anak kita dimanfaatkan oleh tangan-tangan kotor yang akan merusak bumi pertiwi, jangan sampai bonus demografi akan menjadi bencana demografi.