Lihat ke Halaman Asli

Siklus Pembalut Wanita Cuci Ulang

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Limbah bekas pembalut wanita yang beredar dipasaran saat ini hanya dibuang begitu saja tanpa pengolahan lebih lanjut, dinilai dapat mencemari lingkungan. Dari kekawatiran itu munculah pemikiran atau gagasan untuk menciptakan produk yang dinilai lebih ramah lingkungan. Dari gagasan itulah akhirnya SMKN 7 Purworejo, menciptakan pembalut wanita cuci ulang “Siklus” yang dinilai lebih hemat dan lebih ramah lingkungan.

Produk putra-putri Purworejo itu secara resmi dilaunching Plt Sekda Drs Tri Handoyo MM, bertepatan dengan acara pameran pendidikan, Jum’at (20/5), di komplek SMAN 7. Sebelum di launchig, produk ini ternyata sudah merambah pasaran nasional. Setiap ibukota propinsi dari Aceh hingga Maluku sudah memiliki agen.

Puji Astuti salah satu guru di SMKN 7, memaparkan bahwa ide tersebut diawali dari rasa keprihatinan Ibu Ely Berti Erlyna, rekan sesama guru di SMKN 7 Purworejo, atas dampak pencemaran lingkngan yang diakibatkan belas pembalut wanita. Pembalut wanita yang beredar di pasaran selama ini, ternyata sulit dihancurkan. Disamping itu, ada sebagian kaum wanita memakainya menjadi pemicu iritasi. Berangkat dari hal itu, ia berpikir bagaimana bisa menciptakan pembalut wanita cuci ulang, disamping hemat juga mengurangi pencemaran lingkungan.

Diilhami para ibu-ibu tempo dulu, yang hanya mengenakan pembalut memanfaatkan kain, muncullah ide membuat pembalut wanita cuci ulang berbahan kain. Ide tersebut ternyata mendapat dukungan penuh dari kepala sekolah, Drs Sugkono. Mulai saat itulah dilakukan kajian dan uji coba beberapa jenis bahan kaos yang dapat digunakan sebagai pembalut wanita. Akhirnya setelah melakukan berbagai kajian dan ujicoba, ditemukan jenis bahan kaos PE (poly etelin), yang dinlai paling bagus. Bahan kaos ini memilki keunggulan antara lain terbuat dari katun bermutu, lembut, halus, dan berdaya serap tinggi.

Bahan ini tidak mudah menimbulkan iritasi kulit yang sensitive pada daerah lembab di daerah sekitar organ reproduksi wanita. Apabila ada noda/ darah mudah larut bila disiram air. Mudah kering dan tahan lama, hingga masa pemakaian selama tiga tahun. Mudah dan dapat disetrika, untuk mensterilkan dari bibit penyakit.

Unit produksi dan jasa SMKN 7 Purworejo mengawali produksi pada tanggal 27 Pebruari 2010, dengan modal awal Rp 15 juta. Menyinggung pemberian nama, Puji Astuti, mengatakan bahwa berbicara tentang pembalut wanita, terkait erat dengan menstruasi. Tiap wanita normal akan mendapat menstuasi setiap bulannya dengan siklus yang berbeda-beda. Kemudian produknya diberi nama “Siklus”.

Sejak Nopember 2010, pesanan semakin meningkat, sehingga produski terus ditingkatkan. Untuk memenuhi pesanan kini melibatkan 29 karyawan, terdiri dari 19 orang sebagai penjahit, 5 tenaga potong, 3 orang petugas sortir, dan 2 orang packing. Tenaga disamping dari pihak sekolah, melibatkan masyarakat sekitar sekolah, Desa Kemanukan Kecamatan Bagelan. Kini produksinya mencapai 2.500 pak per bulan. Omset penjualan mencapai Rp 40 juta dengan laba sekitar 5 juta per hari.

Beberapa ukuran produk “Siklus pembalut wanita” dengan harga bervariasi, seperti standar dan jumbo. Ukuran tergantung ukuran badan pemakai dan deras tidaknya menstruasi. Harga antara Rp 18.000-Rp 40.000 per pak isi 6 pcs. Pembalut ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian depan, isi dan belakang. Satu pcs terdiri dari 10 lipatan bahan kaos.

“Penggunakan pembalut ini sangat murah dan efisien, karena setelah pemakaian dicuci ulang. Berbeda dengan pembalut pada umumnya yang hanya sekali pakai terus buang. Setelah cuci agar steril, di setrika. Masa pemakaian sekitar 3 tahun atau 38 bulan/ 38 masa haid,” katanya.

Ditambahkan oleh Sungkono bahwa, bahan kaos ini didatangkan dari Bandung (Jabar). Tiap minggu menghabiskan 7 bal, dimana tiap bal beratnya sekitar 40 kg. Harga bahannya bervariasi tergantung bahan luar atau dalam, namun rata-rata Rp 46.000 per kg. Tiap 1 kg dapat dibuat sekitar 22 pcs pembalut.

Kedepan pihaknya berencana memproduksi pempers bayi. Hal itu untuk memenuhi permintaan yang terus mengalir terutama dari Jawa Timur. Pesanan ini diawali dari penggunaan pembalut untuk pempers bayi, ternyata cocok. Kemudian konsumen minta untuk memproduksi pempers bayi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline