Lihat ke Halaman Asli

Arlin Saputra

Mahasiswa

Teori Komunikasi Massa

Diperbarui: 30 September 2024   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jadi saya ingin memberitahukan sedikit informasi tentang beberapa teori komunikasi massa. Yaitu:

1. Teori Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle Theory)

Teori jarum hipodermik juga dikenal dengan sebutan Magic Bullet atau Stimulus Response Theory. Mengapa disebut sebagai jarum hipodermik karena teori ini terkesan seakan-akan para audiens dapat ditundukkan dengan pemberian informasi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh media. Sebagaimana juga diibaratkan obat yang disimpan dan disebar ke dalam seluruh tubuh melalui jarum suntik.

Selain itu, teori yang satu ini juga mengasumsikan bahwa media mempunyai kekuatan yang perkasa dan lebih pintar. Dibandingkan dengan audiens yang sifatnya pasif atau tidak tahu apa-apa. Oleh karena itu, audiens dapat dikelabui sedemikian rupa dari apa yang diberitakan oleh media. Jadi, untuk menghindari dampak negatif dari pemberitaan yang ada di media massa, penting bagi audiens selalu menyaring informasi yang diberitakan oleh media massa.

2. Teori Pengembangan (Cultivation Theory)

Teori pengembangan atau yang disebut juga dengan teori kultivasi pertama kali dicetuskan oleh Profesor George Gerbner. Di pertengahan tahun 1960-an, Ia memulai sebuah proyek penelitian tentang Indikator Budaya. 

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh menonton televisi terhadap kehidupan masyarakat. Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton bisa belajar mengenai masyarakat dan juga kultur lingkungannya. Persepsi apa yang terbangun di pikiran penonton sangat ditentukan oleh televisi. Itu artinya, melalui kontak penonton dengan televisi, maka seseorang bisa belajar mengenai dunia, orang-orang yang ada di dalamnya, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan juga adat kebiasaannya.

Berdasarkan pendapat para peneliti, televisi merupakan pendongen utama yang ada di dalam masyarakat masa kini. Dengan menonton televisi, masyarakat dapat meraih berbagai macam informasi. Selain itu, televisi juga menampilkan sebuah tayangan mainstream ataupun pandangan yang seragam tentang dunia saat ini. Sehingga, pecandu berat televisi akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi merupakan dunia senyatanya. Padahal, hal itu belum tentu terjadi di dunia nyata. Dengan kata lain, penilaian, opini penonton, persepsi mereka akan digiring sedemikian rupa supaya sesuai dengan apa yang mereka lihat di televisi.

3. Teori Imperialisme Budaya (Cultural Imperialism Theory)

Teori imperialisme budaya pertama kali dicetuskan oleh Herb Schiller tahun 1973. Dimana teori yang satu ini menyatakan bahwa negara barat akan mendominasi media yang ada di seluruh dunia. Alasannya yaitu media massa barat memiliki efek yang kuat untuk mempengaruhi media di negara lainnya. Setiap negara berkembang cenderung lebih sulit untuk memproduksi media massa seperti negara barat, karena keterbatasan yang mereka miliki.

Selain itu, teori ini juga beranggapan bahwa media bisa membantu memodernisasikan dengan cara memperkenalkan nilai-nilai barat yang dilakukan. Dimana mereka akan mengorbankan nilai-nilai tradisional dan menyebabkan hilangnya keaslian budaya lokal. Nilai-nilai yang diperkenalkan tersebut adalah nilai kapitalisme. Seperti yang kita pahami bahwa nilai ini disengaja supaya menempatkan negara yang sedang berkembang di posisi paling bawah, yakni dibawah kepentingan kekuasaan yang lebih mendominasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline