Lihat ke Halaman Asli

Arlini

Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

Kasus Asusila Artis, Picu Bahasan Open Marriage

Diperbarui: 3 Januari 2021   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://divorcehelp360.com

Ada dua tanda pagar (tagar) tranding di Twitter yang kemarin menarik perhatianku. Pertama, #SongsongAbadKhilafah. Masya allah, tagar itu bikin hati berbunga -- bunga deh. Harap -- harap cemas, apa diri ini layak menyaksikan peristiwa besar itu. Apa kelak saat bisyarah Rasulullah saw itu terwujud, aku masih hidup? Semoga.

Kedua, #marriage. Owh ada apa ini? Masalah sosial begini memang jadi salah satu perhatianku. Rupanya, netizen sedang memperbincangan satu topik, Open Marriage atau Open Relationship. Ide obrolan ini muncul pasca kasus asusila artis yang cukup heboh, menemukan titik terang. Netizen menduga si artis menjalani open marriage.

"Bunda bunda kok kaget sih kalo dibuat taon 2017? Jangan polos polos amat dong, open-marriage itu fenomena biasa kok bundsay," begitu bunyi salah satu status twitter terakit.

Open marriage (pernikahan terbuka) atau open relationship (hubungan terbuka) itu sejenis bentuk hubungan antara suami isteri, yang sepakat membolehkan satu sama lain menjalin hubungan dengan orang lain. Isteri boleh menjalin hubungan dengan pria lain. Demikian juga si suami. Masing -- masing suami isteri itu tak kan dianggap berselingkuh jika punya pasangan lain. Kan sudah sepakat membolehkan.

Geleng -- geleng kepala ya mendengar ada jenis hubungan semacam itu. Reaksi netizen yang nyetatus kayak di atas lebih serem. Dia bilang open marriage fenomena biasa. Sudah sebegini rusakkah masyarakat kita?

Jadi apa dong arti pernikahan bagi pelaku open marriage itu? Cuma formalitas? Hanya ingin memiliki status menikah dimata masyarakat? Untuk menyenangkan keluarga?

Dimana kesakralan pernikahan itu? Bukankah pernikahan dikenal sebagai pelabuhan terakhir sebuah pasangan? Bukankah pernikahan wujud komitmen sebuah pasangan untuk membangun keluarga, lalu meneruskan generasi?

Seorang pria salih pernah berkata, "Hatiku bergetar ketika pada akad nikah mengucapkan, aku terima nikahnya..... Sebab itu artinya tanggung jawab ayah si dia telah berpindah kepadaku. Sekarang akulah yang wajib menyayanginya, menafkahinya, mendidiknya dan melindungi keselamatan serta kehormatannya."

Wujud kasih sayang dan perlindungan seorang suami adalah rasa cemburu. Suami yang baik tak akan terima wanitanya berada dipelukan lelaki lain, bahkan dilirik sekalipun. Hal itupun berarti menyinggung harga dirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline