Lihat ke Halaman Asli

Arlini

Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

4 Alasan Perempuan Mandiri Tak Selalu Beruntung dalam Hidup

Diperbarui: 25 Juli 2020   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Di zaman ini kemandirian menjadi salah satu hal yang paling diinginkan banyak orang. Mandiri yang diartikan tidak bergantung pada orang lain. Terutama dalam hal finansial. Juga dalam hal menyelesaikan permasalahan. Menjadi beban orang lain bisa dibilang adalah aib. Memalukan dan membuat hidup tidak nyaman.

Apalagi jika dia perempuan, bergantung pada kaum lelaki dianggap hal yang membahayakan. Bisa diremehkan. Direndahkan. Dikendalikan. Hingga bisa mengalami KDRT. 

Makanya aktivis feminis kerap menyeru kaum perempuan untuk hidup lebih mandiri dengan berkiprah di dunia karir. Merdeka secara finansial bagi wanita berarti terbebas dari tekanan para lelaki.

Tapi sunnatullah atau biasa dikenal dengan hukum alam tak bisa dihindari ya. Dalam hidup ini Allah swt kerap menghadirkan keseimbangan. Tak ada bahagia tanpa derita. Tak ada suka tanpa duka. Tak ada senang tanpa susah. Apapun tipe pribadi kita pasti memiliki plus minus. Termasuk menjadi perempuan mandiri, tetap saja ada nggak enaknya. Setidaknya ada 4 hal yang menjadi alasan perempuan mandiri tak selalu beruntung.

1. Berpotensi membuat orang di sekeliling merasa tak dibutuhkan

Allah swt menciptakan manusia dengan kedudukan yang sama dihadapanNya. Namun peran keduanya secara alami memang beda. Semisal lelaki sebagai 'yang menanami'. Perempuan adalah 'ladangnya'. Sendal juga kalau sama bentuknya nggak bisa dipakai oleh kaki kanan dan kiri. Makanya mau tak mau kita harus menerima perbedaan peran serta karakter lelaki dan perempuan.

Dalam al Qur'an dikatakan lelaki adalah pemimpin kaum perempuan. Sehingga salah satu ciri kepemimpinannya adalah lelaki lebih kuat fisik atau tenaganya. 

Perempuan mandiri cenderung senang melakukan berbagai hal sendiri. Karena dia merasa mampu dan memang berusaha memampukan dirinya. Kalau keasyikan dengan kemandiriannya, perempuan bisa mengabaikan karakter suami. Sehingga suami merasa tak berguna bagi istrinya. Hal itu dapat melukai harga dirinya dan menjadi pemicu konflik.

Hal ini juga berlaku pada interaksi dengan orang tua misalnya. Ketika kita sudah dewasa sekalipun, orang tua tetap memandang kita adalah anaknya yang dulu pernah kecil dan dibesarkannya. Ketika dengan kemandirian kita nggak mau lagi menerima perhatian ibu. Nggak mau dimasakin misalnya, ibu bisa sedih dan merasa tak berarti bagi anaknya.

2. Berpotensi membuat suami merasa tersaingi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline