Lihat ke Halaman Asli

Arlini

Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

Arsy Hermansyah Mengingatkan Saya pada Masa Lalu

Diperbarui: 5 April 2019   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil screenshoot akun Youtube Keluarga Hermansyah

Satu hal yang saya suka dari nonton akun youtubenya keluarga Hermansyah. Yup, ada Arsy yang imut. Aksinya selalu seru buat ditonton. Di salah satu video ada adegan dimana Arsy menangis kencang melihat bundanya pakai baju cantik. Lalu sambil menangis Arsy mendekati bundanya dan meminta bundanya ganti baju dengan baju tidur. Arsy nggak mau ditinggal pergi sang bunda. Tangisan Arsy berlangsung hingga bundanya benar -- benar hilang dari pandangannya.

Di video lainnya, hal yang sama terjadi juga. Arsy enggan ditinggal bunda. Lalu bundanya berkata: "Kenapa sih kayak gini setiap kali bunda mau pergi. Nggak boleh gitu ah. Cuma empat hari".

Melihat Arsy saya jadi teringat masa lalu. Bahkan nggak salah usia saya saat itu sekitar sembilan atau sepuluh tahun. Ibu pergi ke pasar, yang biasanya mengajak saya. Rasanya begitu kehilangan. Sampai -- sampai saya susul ibu ke pasar. Hemm, barangkali apa yang saya rasakan sama ya dengan yang dirasakan Arsy. Di usia Arsy yang balita memang sedang ingin dekat dengan ibunya.

Menurut mantan anggota DPR RI, Ibu Wirianingsi yang juga ibu dari 11 orang anak ini, orang tua jangan pernah kehilangan masa tujuh tahun pertama anak. Artinya di masa itu anak harus diberi perhatian maksimal. Termasuk selalu dibersamai. Kalau ditinggal satu atau dua jam sih boleh saja. Namun kalau sampai empat hari, yang saya pahami dari penuturan ibu Wirianingsih, hal itu tidak baik. Secara tidak sadar orang tua telah menyakiti hati anak.

Mengapa saya mengutip pendapat ibu Wirianingsih? Sebab beliau bisa dibilang sudah berhasil melewati masa merawat dan mendidik anak -- anaknya dengan baik. Kini kesepuluh anak beliau (satu anak lagi meninggal dunia), menjadi hafizd dan hafidzah, cerdas ilmu keduniaannya dan aktivis dakwah Islam juga. Saya nggap itu suatu keberhasilan yang jarang dilakukan oleh para ibu lainnya.

Ada juga pendapat lain yang saya dapati dari sebuah grup WA bertema parenting, bahwa kalau ibu terpaksa meninggalkan anak batita atau balitanya dalam waktu lama, hendaknya ada jaminan anak -- anak itu diasuh oleh orang yang memberi perawatan dan kasih sayang seperti ibunya. Jadi meski anak ditinggal anak tetap mendapatkan haknya yaitu diberi limpahan kasih sayang dan perhatian penuh.

Hal lainnya yang saya ingat dari penuturan ibu Wirianingsih, kalau kita mengasuh anak  dengan cara biasa -- biasa saja sebagaimana umumnya orangtua saat ini mengasuh anak, maka anak -- anak kita pun tumbuh menjadi orang biasa saja. Mungkin anak bisa ahli dalam hal keduniaan ketika pendidikannya diserahkan pada guru -- guru profesional. Tapi anak akan jauh dari agama. Kalaupun ternyata ada anak yang dirawat seadanya oleh orangtua dan tumbuh menjadi salih saliha, maka hal itu sebuah kebetulan saja. Yang pasti orangtua tidak akan mendapat pahala jika baiknya anak di usia dewasanya bukan karena upaya orangtua. Mudah -- mudahan Queen Arsy dan anak -- anak lainnya bisa menjadi generasi salih saliha pembangun peradaban masa depan yang lebih baik. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline