Malas itu buruk. Malas pangkal bodoh. Malas kata negatif yang harus dijauhi semua orang yang ingin hidupnya sukses. Setuju? Kalau saya sendiri berkata, “tergantung malas ngapain”. Malas tidak selalu berarti buruk. Malas tidak selalu menjadi penyebab kebodohan. Adakalanya malas merubah seseorang menjadi lebih baik.
Jika malas diartikan sebagai enggan melakukan sesuatu, maka kalau sesuatu itu adalah perbuatan buruk, malas melakukannya adalah baik. Bagi pelajar, malas menyontek itu baik. Kalau kamu malas menyontek, artinya kamu itu orang yang giat belajar dan persiapan ujian di sekolah matang. Tentu jadi pelajar yang beruntung karena tujuan belajar tercapai, yaitu mendapat ilmu. Malas bolos sekolah itu baik. Tentu ia adalah murid kesayangan para guru karena rajin pergi kesekolah.
Muslim yang malas berbuat maksiat itu baik. Tentu ia adalah hamba yang disayangi Allah. Disayangi Allah adalah suatu keberuntungan terbesar dalam hidup manusia. Tak ada lagi yang lebih besar dari pada itu. Sebab kalau Allah sudah benar-benar sayang pada kita, maka pahala sudah pasti didapat. Ditambah doa juga dikabulkan. Beruntung dunia akhirat lah pokoknya.
Malas berbuat kebaikan sering terjadi. Sebab itu mudah dilakukan. Sebaliknya malas berbuat keburukan jarang sekali. Sebab biasanya keburukan ialah perbuatan yang enak-enak. Seperti kata Rhoma Irama,”kenapa semua yang enak-enak itu yang dilarang”.
Tetapi sebagai manusia berakal, jika mengerti tujuan hidup yang hakiki mesti mengupayakan pada dirinya untuk malas berbuat keburukan. Ingat, yang dimaksud baik adalah apa-apa yang diperintahkan Allah. Dan keburukan adalah apa-apa yang dilarang Allah. So, mumpung masih dalam suasana ramadhan, mari melatih diri untuk malas berbuat keburukan...tetap semangat kawan-kawan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H