Lihat ke Halaman Asli

Ini Jalanku

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13622399582094934466

[caption id="attachment_246577" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi/admin"][/caption]

Seperti seorang bayi yang baru terlahir ke dunia. Menghirup wewangian bunga bertebaran di taman kecil. Mengenal bunga, daun, tangkai, kupu-kupu, kumbang, bau tanah, bangku kecil, rerumputan, embun pagi, mentari, mengenal malam dan mengenal siang. Semua seperti menyapaku dalam kesunyian.

Beberapa tahun seperti dalam inkubator. Menyelam dalam lautan logika yang tak mengenal asa. Membatu seperti gunung es yang mencuat ke penjuru langit. Tak mengenal dunia. Terasa begitu dalam keterasingan. Menapaki jalan terjal yang terlalu menuju fana.

Membumi, berada tepat menapaki tanah dan menghirup baunya sampai ke rongga dada. Rasanya inilah keindahan hati tanpa terbebani jalan terjal menuju fana. Seperti burung-burung kecil menyapa udara dengan riangnya. Berkicau suara merdunya menghibur hati yang mendung. Hamparan laut biru yang mempesona, “Biarkan aku menyelami birunya laut” bisikku pelan. Ini jalanku, menelusuri keindahan yang penuh kasih sayang bukan kesombongan yang menghujat dan menjatuhkan sosok yang lain. Merindu manusia saling menyambut dengan syahdu.

Bandung, Februari 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline