Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Arlek

¬ Menulis untuk berbagi ¬

Kenapa Harga Rumah di Jakarta Mahal?

Diperbarui: 6 Januari 2024   05:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi rumah. Sumber: Pixabay

Banyak keluarga muda yang sudah menikah, saat ini sedang berjuang untuk memperoleh tempat tinggal menetap. Sebagian besar generasi milenial tidak sanggup membeli properti di Jakarta, kecuali yang sudah dapat warisan atau memiliki harta melimpah ya.

Saya pernah bertanya kepada seorang senior di kampus yang saat ini tinggal di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

“Kok bapak bisa membeli rumah di Jakarta?” Tanya saya.

“Saat itu pada sekitar tahun 1980-2000, sepertiga gaji saya bisa buat nyicil tanah satu meter,” Jawab ia. (Bang Amin, komunikasi pribadi, 22 Desember 2023).

Itu dulu, sekarang? Dua kali gaji pun belum tentu bisa beli tanah di Jakarta. Jadi sudah jelas ya, kenapa generasi milenial tidak bisa membeli properti di Jakarta? Karena kenaikan harga properti yang tidak sebanding dengan pendapatan mereka.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira. Ia mengatakan bahwa salah satu masalah klasik dalam penyediaan rumah adalah kenaikan harga lahan yang tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan masyarakat (Kompas, 21 Januari 2021).

Kenaikan harga lahan yang tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan.

Lalu solusinya apa? Solusinya ya beli rumah di tepi kota, sehubungan dengan tingginya minat terhadap rumah tapak (landed house). Karena tidak memungkinkan membeli properti di Jakarta, maka solusinya yaitu mencari rumah di sekitar Jakarta.

Sebagaimana diketahui bersama, terdapat kota-kota yang berada di sekitar Jakarta yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Kota-kota inilah yang menjadi penyangga bagi Jakarta, atau dalam arsitektur biasa disebut dengan istilah kota satelit.

Kota-kota satelit yang dirancang, semakin lama sebetulnya semakin mengalami pergeseran ke luar pusat kota. Pada awal kemerdekaan, kota satelit berada di dalam Jakarta. Lalu seiring berjalannya waktu, kota satelit berada di luar Jakarta.

Gambar 1. Dokumentasi perumahan Kota Satelit Kebayoran. Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-61228336

Pasca-kemerdekaan tepatnya pada tahun 1948, Pemerintah Indonesia merencanakan pembangunan kota baru di sisi selatan Jakarta, yang disebut Kota Satelit Kebayoran Baru. Namun karena terjadi peningkatan penduduk di Jakarta, kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pengembang atau developer untuk membangun kota mandiri di sekitar Jakarta.

Pembangunan kota di luar Jakarta, dipelopori oleh Kota Mandiri Bumi Serpong Damai (BSD) pada tahun 1984. Konsep kota mandiri merupakan kota yang menyediakan semua fasilitas, termasuk kawasan industri, perkantoran, perdagangan, pendidikan, wisata, dan permukiman (Kompas, 24 Juni 2019).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline