Lihat ke Halaman Asli

Pendapat Terkait Kebobrokan Jurnalis Media

Diperbarui: 23 Januari 2021   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tahun telah berganti, banyak harapan baik tertuang pada tahun ini. Bulan januari, dimana semua orang mengawali tahun baru dengan penuh harapan dan perubahan yang lebih baik. Akan tetapi bulan januari belum berakhir telah silih berganti bencana demi bencana telah dikabarkan. Media selalu menjadi yang terdepan dalam mengabarkan sebuah bencana alam. Banyak awak media yang menginformasikan berita terkait hal ini. Sehingga kita dapat mengetahui perkembangan dari berita tersebut.

Namun, sangat disayangkan awak media menyebarkan berita yang tidak tepat dan cenderung menjijikkan untuk dilihat.  Dalam artian media menginput hal hal yang seharusnya tidak diinput. Media menginput sesuatu yang membuat korban menjadi down. Itu akan semakin membuat sang korban tertekan akan mentalnya. Tampilan yang salah. Apa yang media sajikan, gelimpangan jenazah dengan sensor seadanya, lokasi bencana, dan video amatir evakuasi yang bisa diakses secara bebas bahkan menambahkan keterangan "ekslusif" bukanlah tampilan yg tepat untuk semua orang.

Menampilkan betapa susahnya hidup orang lain yang di eksploitasi untuk mendapatkan simpati mengesampingkan rasa peduli kepada keluarga korban bencana. Semua pertanyaan yang disajikan pewawancara sama sekali tidak baik untuk mental sang keluarga. Bukan itu yang mereka butuhkan. mereka lebih butuh semangat daripada tekanan untuk berpikiran seolah olah semuanya memang sudah terlambat.

Padahal yang dibutuhkan sang korban adalah kemajuan pencarian korban, memutarkan video2 pembangkit semangat, mengabarkan jumlah bantuan dan lokasi evakuasi. Mengabarkan keputusan pemerintah untuk kemudian menghindari kasus yang sama. Namun, tidak ada menjual air mata, tidak ada menjual kesedihan. Dukungan moril dan semangat untuk terus hidup adalah hal pertama yang media bangun saat itu. Selain itu juga membangun mental para korban agar memiliki semangat untuk tetap melanjutkan kehidupannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline