Lihat ke Halaman Asli

Pabrik Sagu di Antara Freeport, BP Migas, MIFEE dan HPH

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13276764071978534214

Tokok Sagu ( Pengolahan Sagu secara Tradisional/zonadamaiwordpres. Bagaimana dengan pengolahan sagu melalui pabrik ( modern ).

Memandang hutan sagu di pesisir Timika yang sudah kering, saya terharu dan menyesal sekali. Limbah freeport yang mengandung merkuri bikin kering pepohonan yang tumbuh, termasuk sagu. Penduduk setempat mencari sagu harus berjalan sejauh puluhan kilo meter untuk mendapatkan sagu yang masih segar untuk di tokok ( di olah secara tradisional ). Kesedihan pun mencuat seketika melihat suku Nebes di Aranday ( lokasi sumur minyak BP ), mereka merakit potongan sagu yang didapatnya dari jauh untuk didatangkan ke tempat hunian mereka. Pabrik sagu milik PT. Jayanti Grub di distrik Arandey misalnya, semasa jayanya, jutaan pohon sagu di tebang begitu saja tanpa penanaman kembali. Pabrik tersebut kemudian membuka lokasi hunian baru yang terkenal. Sejak beroperasi tahun 1980an, kota dan keramaian muncul di sana. Bar dan diskotik, pembukaan kampung-kapung baru, pusat urbanisasi penduduk kota ke daerah ini begitu tinggi. Sayang, pabrik tersebut kini tinggal bangkai saja sejak reformasi 1998 menurunkan Suharto dan kroni-kroninya. Kampung-kampung di sekitar distrik Arandai, sebelum masuknya BP menjadi sunyi senyap.

132767672797611493

salah satu gambar pembabatan hutan sagu Papua ( foto Greenpeace )

Kekesalan campur keresahan yang begitu lama, sampai kapan nasib sagu di Bumi Papua bisa dilindungi bahkan di olah?. Kini harapan itu muncul sudah. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, menugasi Perum Perhutani dan PT Inhutani untuk membangun pabrik pengolahan sagu sekaligus perkebunan sagu di Papua. "Pembangunan pabrik sagu dan pengembangan kebun sagu bagian dari respon BUMN untuk mendukung proyek pemerintah menyukseskan pembangunan di Papua," katanya usai mengikuti pertemuan 141 direksi dan komisaris BUMN dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), di Jakarta, Selasa. Pak Dahlan Iskan, kenapa hari segini baru mimpi bangun pabrik sagu?. Toh lahan sagu sudah punah. Punah karena diterjang ombak limbah industri. Penebangan hutan untuk usaha ayu log pun meratakan pohon sagu. Pembabatan hutan sagu kerap dilakukan gerombolan pengusaha kayu  loging maupun pengusaha domestik yang usahanya cenderung merupakan usaha pribadi dan bukan milik negara. Sagu sudah habis dibabat perusahaan kelas kakap maupun pengusaha kayu. Pabrik pengolahan sagu pun harus hati-hati karena lokasi pohon sagu, seperti yang ada di Papua sudah merupakan bagian dari konsensi perusahaan, baik perusahaan perkebunan, pertambangan umum maupun pemegang hak pengelola hutan semacam HPH. Freeport kampling 2,6 juta hektar yang didalamnya terdapat sagu, MIFEE 1,2 juta helktar juga paling banyak tumbuh sagu disini. British Petroleum di Bintuni masuk setelah Jayanti Grub milik Almarhumah Ibu Tien Suharto meratakan sagu di sekitar distrik Aranday hingga kampung Nebes. Proyek tersebut begitu mulia, selain mengembangkan produk makanan lokal, lapangan kerja juga terbuka lebar. Bahkan, penanaman kembali pohon sagu semakin menambah kekayaan alam yang selama ini dianggap remeh oleh penguasa tertentu. Pujian dan hormat kepada pak Dahlan yang memerintahkan jajarannya untuk kembali menumbuhkembangkan makanan lokal. Sagu memang produk yang banyak segi pengolahannya. Selain untuk papeda, di olah menjadi tepung dan segala jenis bahan makanan. Adapun investasi yang dibutuhkan pada tahap awal demi mendirikan pabrik sagu maupun penanaman kembali berkisar Rp50 miliar. Ini tindakan bermutu yang di jawab BUMN untuk merespon keinginan kamar dagang industri Papua. Mimpi yang terpendam, kini terwujud. Kebijakan revolusioner pak Dahlan patut di apresiasi. Sebagai anak Papua, saya bangga seketika pemerintah secara resmi membangun pabrik sagu. Luar biasa! Dengan resmi pembangunan pabrik sagu sekaligus penenaman kembali pohon sagu, pemerintah harus menegur sejumlah perusahaan yang beroperasi mengakibatkan punahnya sagu di Papua. Hadirnya kebijakan BUMN hari ini seakan membalikkan keadaan konsumsi beras di Papua lebih tinggi daripada sagu. Pohon sagu kini di lindungi, jangan sembarangan rusak hutan sagu. Pergilah ke neraka hai kalian para mosnter perusak hutan sagu Papua.

1327677174468580527

Papeda selain nama makanan khas orang Papua yang di olah dari pohon sagu, tetapi Papua Penuh Damai sebagai spirit utama penyelesaian masalah Papua.

http://regional.kompas.com/read/2012/01/27/20195448/.Food.Estate.Harus.Manfaatkan.Lahan.Tidur http://www.antaranews.com/berita/294220/inhutani-perhutani-bangun-pabrik-sagu-di-papua




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline