Lihat ke Halaman Asli

Prabowo Meriah-Jokowi Merana

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepekan sudah kampanye berlangsung. Ada yang meriah, ada yang merana. Selain memandand raut wajah capres, situasi lingkungan sekitar sebagai jawabanya. Dari raut wajah, Jokowi nampak kusyuk, Prabowo nampak tegar. Ketika tampil di publik, Prabowo suka menatap keatas, Jokowi suka merunduk. Arena car friday sekarang, pendukung prabowo kuasai Monas, Jokowi fokus ke Solo. Begitu juga deklarasi pendukung Prabowo kemarin di Taman Ismail Marzuki, kapolres setempat mengatakan bahwa loyalis Prabowo ribuan, sementara love Jokowi cuman ratusan.

Selang kampanye, di beberapa wilayah, ruang publik total milik Prabowo. Ketika kampanye ke kota Padang, Jokowi hanya berada di gedung. Prabowo malah disambut meriah. Ketika kampanye ke Papua, Jokowi fokus di seputar Jayapura, khususnya di kampung netar-sentani. Sementara Prabowo walau belum ke Papua, disini ada barisan gerakan indonesia-BARINDO (organisasi bikinan tentara) untuk hadapi separatisme sipil.

Kedua capres hari ini punya pendukung yang seimbang. Kaum agamais, kaum tani, kaum militer. YLBHI menyebut 5 jenderal pembunuh rakyat ada dilingkaran Jokowi. Begitu juga kubu Prabowo terdapat 6 jenderal. Artinya, dikotomi mana kubu pelanggar HAM atau tidak, sudah kusam. Meminjam komentar sahabat saya di Papua; pas capres, dorang datang ambil hati kitorang, setelah jadi presiden, dorang (mereka/dia) datang bunuh kitong (kita/orang Papua).

Basic Capres

Wong deso vs wong konglomerat, disini habibat capres dituntut untuk berada dimana basic mereka. Jokowi keliling pasar yang mayoritas pebdukung prinumi/kelas bawah. Dia merayap ke pasar-pasar tradisional. Sementara Prabowo lebih menyapa warga dari atas mobil dan kerap menunjukan dirinya sebagai orang berada (punya harta, pengalaman, bergaul bebas).

Dari segi karier, Prabowo keliling dunia dan Indonesia, maka bekas kakinya ada di berbagai wilayah. Dikenal oleh berbagai kalangan, dari Papua hingga Aceh. Sementara Jokowi, hanya dikenal rakyat Solo dan Jakarta, media turut mengenalkannya kepada dunia. Orang/pemilih, tentu suka dengan seseorang yang pernah datang ke daerah mereka, mereka tra akan pilih seseorang yang hanya dikenal via tv/koran bahkan saat kampanye semata.

Bicara soal Papua, kasus-kasus seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM), Prabowo lebih paham ketimbang Jokowi. Karena Prabowo pernah terjun atasi sandera Mapenduma, otomatis dia tau apa itu OPM. Sementara Jokowi, malah nol pemahamannya. Orang Papua bilang tak kenal maka tak sayang. Artinya, kedepan, Jokowi akan pakai penasihat politik untuk atasi masalah separatisme, sementara Prabowo sudah paham, langsung atasi. Beruntungnya, pak Jokowi punya seorang wakil yang sudah punya pengalaman atasi masalah Aceh, Yaitu pak JK.

Kesimpulannya:

1. Jokowi punya habitat suara di klas bawah yang tidak cerdas dalam memilih, mudah dihasut/ketipu. Prabowo punya massa pendukung yang cerdas dan berpendirian teguh. 1 orang bisa gandeng 100 orang, ini kelebihannya.

2. Prabowo berpengalaman di nusantara via kariernya, baik didalam maupun diluar negeri, pada kenal dekat sosok Prabowo. Jokowi hanya dikenal di solo, Aceh dan Jakarta. Opini publik hendak menggiring dia agar menjadi sosok yang harus diterima berbagai kalangan, walaupun sukses, namun pemilih tak mudah terkecoh dari opini.

3. Hadirnya jenderal di kedua kubu bukanlah peluang, sebab mereka juga ingin berlindung dibalik ajang pilpres. Jadi, walaupun ada 100 purnawirawan di salah satu kandidat, bagi saya, berpengaruh kalau negara ini semi militer, tapi indonesia adalah negara hukum-demokrasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline