Lihat ke Halaman Asli

Psikolog Sebut Jokowi Harus Bedakan antara Visi-Misi dengan Cerita Pengalaman

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya, makna lain dari capres demam panggung, terkuak sudah. Debat capres 2014 pada 15 juni kemaren, semua mata tertuju. Termasuk saya dan anda. Tapi, akan menarik jika bagaimana kita simak petikan analisa dari seorang psikolog politik dari perguruan tinggi negri Indonesia. Siapa lagi pembaca yang budiman dialah Dewi Haroen.

Poin penting yang dinilai oleh Dewi antara lain yang penulis rangkum dari situs berita suarapembaruan/beritasatu.com, gentur/sikap, kata saya dan kita serta intonasi suara. Berikut petikannya:

1. Penggunaan istilah saya dan kita. Dari segi psikolog, Dia mengemukakan, Jokowi cenderung menggunakan saya, ketimbang kita. Sebaliknya kata-kata Prabowo malah jauh lebih banyak menggunakan kata kita.

2. Sementara dari sisi sikap dan gestur, menurut dia, jawaban Jokowi sering disampaikan dengan gagap. “Sebagai psikolog, Dewi tahu bahwa jawaban gagap artinya yang bersangkutan ragu dan tak yakin pada jawabannya sendiri, “ katanya. Dewi bahkan catat ada tiga kali Jokowi tergagap antara lain ketika menjawab dua anak ketika menyoal BKKBN dan lima kali terhenti sejenak.

3. Soal Intonasi, Dewi bilang, intonasi suara Prabowo selalu bersemangat dan stabil. “ Bahasa tubuhnya menunjukkan dia fair, pribadi yang hangat dan spontan. Lihat saja ketika sampai soal ekonomi kreatif, Prabowo tak segan menghampiri Jokowi dan memeluknya. Itu menunjukkan kebesaran jiwanya. Itu pemimpin yang tepat untuk Indonesia,” pungkasnya.

Nah, makna dibalik poin diatas, menurut psikolog politik UI itu, bahwa figur presiden harus berdiri di atas semua golongan dan kepentingan. “Presiden yang seperti itu biasanya tahu apa yang harus dikerjakan agar rakyat lebih sejahtera dan negara berjalan dengan baik. Presiden harus memperhatikan kepentingan semua golongan,” ujarnya. “Seorang Presiden mutlak harus bisa merangkul semua pihak, visioner dan berpandangan makro. Prabowo menang mutlak dalam debat tadi malam,” kata psikolog politik dari Universitas Indonesia, Dewi Haroen di Jakarta, Senin (16/6).

Keterangan seorang psikolog diatas menjadi pelajaran bagi penulis. Kenapa? Sejak debat pertama, penulis sendiri mengaminkan bahwa Jokowi capres yang demam panggung. Kenapa kalau demam panggung? ya itu prilaku kekanak-kanakan. Bahkan pada diskusi-diskusi soal debat capres. Debat capres saja sudah demam panggung, apalagi berbicara di forum-forum internasional? atau taru saja ketika ketemu bos freeport yang selalu melototi mata anda disaat bicara. hayo...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline