Lihat ke Halaman Asli

Rambah Hutan Rusak Kepala Air Jayapura

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kebun tradisional tambah galian c disekitar daerah gunung sebagai tutupan air disini, mengakibatkan erosi dan abrasi. Saluran air yang dipakai untuk kebutuhan penduduk Jayaura dan sekitarnya ini, menjadi tidak terawat akibat kurangnya pengawasan negara disini. Dengan bebas, orang-orang bebas merambah hutan untuk berkebun bahkan ada yang menggali gunung demi memburu butiran emas.

Mata air Kamwolker, salah satu tempat yang dikenal menyuplai air ke rumah penduduk melalui saluran pipa PDAM kota Jayapura, kini sungguh memperihatinkan. Kesadaran masyarakat lokal terhadap pentingnya menjaga lingkungan sekitar demi kualitas suplai bagi air bersih, begitu minim.

Bendungan air peninggalan jaman Belanda tak lagi terawat dengan baik. Hunian liar dan pembabatan hutan di sekitar mata air, mengurangi daya alir dan bahkan sebagian sudah kering. Nampak ada tembok pembatas, dimana daerah tersebut tak bisa di pakai oleh siapun, sebagai peringatan bahwa disini khusus bagi pelindung mata air.

Merambah hutan dengan cara tradisional memang tidak selalu mematikan air, tapi, ketika permbahan hutan gunung dilakukan terus menerus, justru mengurangi daya serapan bagi air. Apalagi dilakukan tepat di mata air (kepala air). Kerusakan hutan memberi jalan kepada longsor dan gugurnya perawan penampungan air.

Otsus kasi ruang kepada orang Papua untuk seharusnya menjaga dan merawat Tanah Papua, bukan merusaknya. Kesadaran mencintai lingkungan yang minim, mengakibatkan, ancaman bagi kurangnya volume penampungan air yang diharapkan menyuplai air bersih ke seluruh penduduk kota ini. Apa daya, pemkot tidak menertibkan hunian liar dan membatasi penebangan liar disini, tahun-tahun akan datang, masyarakat disini justru terancam tidak ada air bersih bagi kebutuhan rumah tangga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline