Lihat ke Halaman Asli

Damai itu Indah! Kenapa dari Tanah Papua Hingga Dunia Tra Damai Kah? Mari Sambut Forum Perdamaian Dunia ke-5 pada 21-23 November 2014 di Jakarta

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya telah menggarisbawahi beberapa catatan penting dari para ahli dan jurnalis investigasi hingga praktik perdamaian dari beberapa orang yang menelurkannya, walau tak sengaja tapi statemen mereka mengandung dua hal, praktik perdamaian dan persoalan kenapa tidak damai.

Forum Perdamaian Dunia ke-5 (The 5th World Peace Forum/WPF) pada 21-23 November 2014 mendatang. Wakil Presiden Jusuf Kalla didaulat menjadi pembicara dalam Forum tersebut. Acara pembukaan World Peace Forum ini akan dilaksanakan di Gedung Nusantara IV, komplek DPR/MPR, Jakarta Selatan, sekitar pukul 19.00 WIB. Selanjutnya, forum berlangsung di Hotel Century Park, Senayan. Demikian pernyataan penyelenggara yang tak lain tokoh dari Umat Muslim Indonesia, Din Syamsuddin.

Selain itu, pihaknya juga mengundang sejumlah tokoh dunia yang terlibat dalam penanganan konflik masyarakat. Seperti mantan Presiden Finlandia, 2 orang tokoh muslim dan Budha dari konflik Rohingya di Myanmar, tokoh-tokoh pemikir Inggris, Amerika, Afghanistan, Maroko, Itali, Jepang, serta sejumlah figur yang terlibat dalam penyelesaian konflik di Thailand, Filipina, Kosovo, serta Afrika Tengah. Papua?

"Kita ingin dengar kisah orang-orang yang ikut terlibat dalam konflik dunia. Perwakilan dari Kosovo diupayakan hadir karena Indonesia belum mengakui negara itu," ujar dia.

http://news.liputan6.com/read/2129051/jk-bakal-jadi-pembicara-forum-perdamaian-dunia

Menurut hemat saya, acara diatas lebih pada praktik perdamaian tentu menjadi sebuah testimoni sebagai gambaran sekaligus berbagi cerita, cara dan metode melakukan perdamaian pada suatu konflik. Itulah yang menjadi tujuan dilakukannya forum perdamaian di Indonesia.

Perdamaian yang dimaksud tentu dibatasi pada lingkup tertentu. Bahwa konflik yang meluas dan besar, antar etnis, suku bangsa, antar Negara, antara ideologi, hingga faksi dan kelompok. Itu yang menjadi perhatian. Bukan konflik rumah tangga (KDRT) yang dibahas disini, tapi konflik yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Beruntungnya, lokasi (TKP) acara dunia itu di gedung DPR RI yang saat ini dirundung baku rebut kue komisi semata. Semoga para DPR sadar bahwa dunia akan datang ke markas mereka bicara dunia damai, jadi stop baku rebut kue kekuasaan yang berujung pada konflik internal.

Aktor dibalik Layar Konflik dari Dunia hingga Indonesia ke Tanah Papua

Ada yang menarik dari pembahasan dan statemen yang dilontarkan oleh dua orang berkebangsaan asing, antara lain Allan Nairn dan Noam Chomsky. Mereka berdua buka mata rantai kenapa konfik terus terjadi. Faktor X (invisible hand) patut dilihat sebagai kekuatan yang menyelanggarakan pertikaian atas dasar kepentingan semata.

Soal motif dibalik praktik pelanggaran HAM Indonesia, simak pernyataan Allan Nairn. Jurnalis investigasi asal Amerika Serikat (AS), itu mengungkapkan ada hubungan institusional antara CIA dan Badan Intelijen Negara (BIN) terkait pembunuhan masyarakat sipil yang terjadi beberapa tahun lalu.

Menurut dia, Hendro mengatakan kepada dirinya bahwa dia menemukan banyak proyek dengan CIA terutama soal penangkapan orang, yang orang Amerika bilang terkait dengan terorisme. Selain itu, ada hubungan institusional, sistematis antara CIA dengan BIN," kata Allan Nairn saat ditemui di kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (3/11/2014). Dia melanjutkan, berdasarkan keterangan Hendropriyono, CIA merupakan donatur utama aksi pembunuhan di Indonesia. CIA memberi uang, memberi pelatihan, dan memberi alat-alat untuk membunuh masyarakat. "Jadi, menurut Allan, pemerintah Amerika juga harus bertanggungjawab atas jenderal-jenderal yang telah didukung oleh mereka," kata Allan.

http://news.okezone.com/read/2014/11/03/337/1060511/allan-nairn-cia-dan-bin-punya-hubungan-sistematis

Tindakan melanggar HAM oleh institusi Negara yang berujung pada tragedi kemanusiaan, satu bagian dari upaya menyelesaikan berbagai konflik masa lalu di Indonesia. Bagaimana dan kenapa ada tindakan melanggar HAM? Jalur atau aktornya yang dipangkas, bahkan regulasinya dikubur saja. Proyek kerjasama yang trada untungnya, perlu dibuang.

Intervensi asing dalam bentuk kerjasama kemiliteran, apa yang diungkap Allan diatas adalah praktik sistemik dari kejahatan HAM itu sendiri. Penjarakan penembak rakyat tak menyelesaikan masalah, tapi dari regulasi hingga doktrin dan paham yang utama harus dipangkas.

Pada konteks teror yang saat ini masih menempatkan Amerika dan sekutunya di dunia, Noam Chomsky kembali kritik AS melalui sebuah renungan yang dirilis melalui akun resmi pribadinya. Chomsky bilang, Amerika otak dibalik berdirinya ISIS karena ulah perang dan rekayasa Barac Obama, kaum militant pun hadir dimuka bumi dan konflik kian menganga.

Chomsky pun mengutip statemen Obama yang memerintahkan CIA menyuplai senjata kepada pemberontak yang pro AS sebagai tindakan teror yang memicu konflik berkepanjangan. AS adalah otak dibalik terorisme dunia hari ini, katanya. Bahkan dia menyinggung operasi CIA di Cuba, Afrika dan timur tengah (asia barat), dari dulu masa presiden Reagen hingga sekarang, Amerika terus melakukan praktik yang sama. Cara-cara seperti itulah yang harus dirubah oleh pemerintah AS demi mewujudkan perdamaian dan menghargai penegakkan HAM sesuai dengan UU Amerika sendiri, demikian Noam menegaskan.

Noam menyebut jumlah korban dari perang teror panjang hingga tindakan embargo, yang terus bahkan hari ini menyimpang dari dunia. Dia menyebut aksi PBB yang mendukung perlunya mengakhiri persaingan ekonomi, komersial, blokade keuangan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap Kuba.Sekarang ada beberapa pilihan terhadap embargo yang dilancarkan oleh Amerika di berbagai tempat. Itu tidak lagi berguna (mengutip buku baru Hillary Clinton Hard Choices), ujar Noam

Lanjutnya, Washington juga telah muncul sebagai juara dunia dalam menghasilkan teror. Mantan analis CIA Paul Pillar memperingatkan dari "kebencian yang menghasilkan dampak serangan AS" di Suriah, yang selanjutnya dapat menyebabkan organisasi jihad Jabhat al-Nusra dan Negara Islam" memperbaiki pelanggaran mereka dari tahun lalu dan kampanye bersama-sama terhadap intervensi AS dengan menggambarkan itu sebagai perang melawan Islam.

http://chomsky.info/articles/20141103.htm

Paradigma penyelesaian konflik menuju perdamaian dengan meredam sejenak saja tanpa mengungkit akar dibalik pergolakan tersebut, sulit mengharapkan damai yang indah itu hadir. Maka dari itu, sejak awal, dalam urusan perdamaian, seharusnya dilihat aktor-aktor, baik berupa regulasi, doktrin dan cita-cita yang jadikan sebagai penyumbu suhu konflik.

Hindari Saling Curiga, Bangun Rasa Saling Percaya

Penuturan Allan dan Chomsky sebagai gambaran tangan-tangan dibalik layar sebuah konflik atau anti perdamaian terus hadir dimuka bumi, termasuk tindakan melanggar HAM hanya karena hubungan sistemik CIA-BIN. Begitu juga pola yang sama di dunia lain, dimana intervensi, kekangan, embargo dan saling curiga dianggap sebagai pemicu perang yang berujung pada teror (terorisme).

Sebagai orang yang beruntung mendapat masukan dari para pelaku perdamaian di Indonesia, bahwa memang hanya dengan saling percaya, persoalan mudah diselesaikan. Tapi jika masih saling curiga, masalah tambah rumit dan konflik berkepanjangan terus melanda.

Forum Perdamaian Dunia belum diketahui apakah melirik Tanah Papua sebagai persoalan yang segera diurus agar damai. Sebab, penyelenggaraanya di Indonesia, otomatis, konflik Tanah Papua patut dibicarakan. Namun, penyelenggara belum membuka apakah pihak pro damai Papua terlibat dalam acara tersebut atau tidak.

Penyebab Papua tra damai secara keseluruhan, tra jauh beda dengan tangan-tangan dibalik layar. Sebagaimana praktik yang dibuka oleh seorang jurnalis tadi dan Profesor Chomsky.

Selanjutnya, konflik Papua kian tak terselesaikan gara-gara baku curiga sejak integrasi Papua hingga sekarang. Karena curiga trus, Orang Papua makin jauh dari Indonesia (pemerintah), sementara rezim yang berkuasa masih pakai pola militerisasi dalam menyelesaikan masalah. Indonesia sebagai fasilitator Forum Perdamaian Dunia, sampai Papua tra Damai lagi apalah artinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline