Lihat ke Halaman Asli

Saat Ia Datang Menemuiku

Diperbarui: 7 Oktober 2017   03:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi itu ia datang menemuiku. Langkahnya begitu pelan. Jalanan lengang seolah mengiringi hadirnya. Diantara sepi aku bisa mendengar kesahnya. Di sela udara dingin pagi aku merasakan desau nafasnya, harum tubuhnya terbawa bersama angin yang mengarah ke ambang pintu. Semerbak, menetap diam dalam palung jiwaku.

"Apa kabar kekasihku?"... Kusambut dirinya dengan uluran tanganku yang segera menggenggam jemari lembutnya.

Wajah manisnya mampu sembunyikan lara, menunduk tanpa kata. Kuraih tangan halusnya, kuusap helai demi helai rambutnya yang legam seperti kisah kelam yang ia coba ceritakan. 

"Aku..." Suaranya terpatah. Di rona wajahnya tak kulihat pelita tipis seperti yang biasanya.

Kami sama sama terdiam, sama sama duduk tanpa beradu pandang. Dia menunduk terisak, kepalaku terdongak menerka nerka. Selama ini ia adalah cahaya, menerangi sudut gelap ruang hati yang lama berselimut kebahagiaan buatan.

Kini, cahaya itu meredup bersamaan tetes tetes gerimis yang meniadakan mentari untuk menghangatkan pagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline