Lihat ke Halaman Asli

Pagi yang Sederhana

Diperbarui: 5 September 2016   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiada kokok ayam, hanya suara angin menyeret debu dan sampah semalam. Tanah kering udara membara.  Rebusan air dan bubuk kopi, ketel yang menghitam terlalap api setiap pagi, makin menyederhanakan warna hari. 

Pagi pun tak sesegar sapamu tempo dulu. 

Ke Riyadh kubawa kembali remah remah dongengku yang 'mungkin' usang di telingamu. Tak lagi kujumpai syair malaikat kepada bidadari lewat beberapa hari, entah tiada sabda entah berubah arah.

Pagi ini masih sama, merapikan pembaringan, berbagi kisah dengan anak tangga. Meliuk liuk melupakan jejak. Pagi pun lenyap menjadi siang, sisa ampas kopi mengental tutup cerita. Hampa.

Beberapa ingatan melintas, menyiasati pagi yang beranjak siang. Panggung sang matahari kian meninggi, menggenapkan sederhananya pagi. Menutup celah celah di antara perih.

~kandang onta~

Salam Kereria...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline