Suatu hari celana Demit sobek karena kecantol kawat saat memanjat tembok untuk mengambil layang layang yang tersangkut di pagar rumah pak Herry. Demit sedih karena celana satu satunya sobek, dan Demit kemudian mengadu kepada emaknya.
"Sabar ya nak, besok pagi emak akan pergi ke pasar untuk menjual hasil kebun kita. Nanti pulangnya emak belikan celana yang baru". Emaknya Demit mencoba menghibur Demit agar anaknya tidak sedih lagi.
Di pasar, daun singkong yang dijual oleh emaknya Demit habis terjual. Saat emak akan membeli celana baru buat Demit, ada seorang pengemis tua menghampiri emak dan meminta sedekah. Tanpa ragu emak memberinya sejumlah uang kepada pengemis. Pengemis itu nampak bahagia, kemudian berlalu pergi.
Uang emak berkurang setelah memberi sedekah kepada pengemis tua. Emak urung membeli celana baru buat Demit. Emak berpikir keras bagaimana caranya agar bisa membeli celana baru dengan uang yang sudah berkurang. Seketika emak teringat dengan bu Marla yang biasa berjualan baju bekas di pasar yang sama.
Oleh bu Marla emak diberi sebuah celana yang aneh bentuknya. Harga celana itu sangatlah murah, bahkan uangnya emak masih ada sisa untuk membeli beberapa makanan untuk makan emak dan Demit.
Sesampainya di rumah Demit menyambut gembira kedatangan emak. Segera Demit menjajal celana yang dibelikan oleh emak.
"Kamu suka celananya nak?". Tanya emak kepada Demit.
"Demit suka mak, celananya pas di perut Demit. Nyaman pula mak". Dengan riang gembira Demit memakai celana aneh yang dibeli oleh emak dari bu Marla.
"Syukurlah kalau kamu suka nak. Coba deh buat lari. Kata bu Marla yang jual, celana itu akan membuat larimu kencang seperti angin". Emak terkejut karena baru saja berkata seperti itu Demit mendadak lari kencang sekali meninggalkan rumahnya.
Emak kemudian mencari Demit dan menemukan Demit yang duduk selonjoran di tepi sumur belakang rumah. Tapi celananya sudah terlepas.
"Lho nak? Kok celananya dilepas?". Tanya emak bingung.