Lihat ke Halaman Asli

Arka Ardhyansah

Content Writer

Demo Mahasiswa, Aksi Nyata?

Diperbarui: 24 September 2019   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tirto

Bersuaralah, sebagaimana biasanya bersuara, tapi maaf saya kali ini berbeda, mungkin iya dulu ketika 1998 demo ialah bukti nyata, kini saya rasa beda. Tidak apa, karena perjuangan kita berbeda, bila kalian demo turun ke jalan, mereka apa mau mendengar?

Iya mungkin dengar, tapi kerap kali diacuhkan, kerap kali Wakil Rakyat itu menjanjikan lalu dilain hari ia akan ingkar, salah siapa? Bukan salahmu, mereka dulu berada di Senayan, salah pendulangan suara yang masih saja bisa dibeli, hanya dengan 50ribu - 100ribu suara bisa dibeli, suara bisa dikantongi, demi meloloskan diri menuju Senayan.

Lalu mereka tak pernah berkerja, walau prioritas RUU banyak yang harus selesai dengan segera, lantas mereka menggarap dengan asal, hanya karena mereka kebanyakan tak mengerti perihal akal, yang ada hanya uang dan kepentingan, yang ada hanya rasa nyaman akan dirinya dan partainya.

Kamu? Sebagai rakyat? Bisa apa? Tidak bisa apa-apa, karena mereka telah terpilih, dari kumpulan kantong suara rakyat yang terbeli, bila rakyat kemudian mati sengsara, mereka akankah iba? Saya rasa tidak, mereka bahkan tak menengok satukalipun, mereka membiarkan rakyat sekarat.

Tidak ada Dewan Perwakilan Rakyat, selama ini di Senayan hanya ada proyek kepentingan antar golongan, yang mana rakyat seringkali tak ada di dalamnya, tak mempunyai peran penting pastinya.

Maka, kini terserah.. mungkin saya berbeda tak turun ke jalan, bukan berarti saya setuju dengan beragam RUU Ngawur tersebut, saya hanya berharap dilain waktu ada ide baru dalam beraspirasi, misalnya membuat Video dan mengunggah bersama dalam satu wadah, mengatakan bahwa kita sudah tak percaya DPR, kita sudah tak perlu Fadli dan teman-teman, bahkan bila harus jujur kini tak ada bedanya partai pemenang dan oposisi karena mereka begitu mesra bak ken arok - ken dedes.

Suarakan dengan lantang lewat hal lain, beraspirasi tak harus dengan berdemo, bisa saja membuat panggung terbuka, pelataran dan berkumpul bersama, saling melempar suara, opini dan solusi, bukan malah memperkeruh suasana di Negeri nan elok ini.

Sudah cukup, semua urusan politik, kadang begitu muak bila tiap hari tersaji, begini kalau politik sudah mulai merasuki hati, menjadi kehidupan, seakan tak terpisahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline