Gugatan Drupadi kepada para pandawa ketika pada suatu kali, dia teringat hal memalukan yang pernah dialaminya.
Drupadi : Kanda kenapa waktu aku dipermalukan dengan ditelanjangi di muka umum kalian para ksatria-ksatria putra Pandu yang Mahsyur hanya terdiam kelu? Jelaskan padaku.
Yudhistira: Maaf Yayi Drupadi, aku sedang puasa Yayi, dan sesungguhnya orang Puasa itu menahan nafsu dan emosi.
Bima: Sedang aku tidak berdaya Yayi, engkau tentu tau pesan ibunda Kuthi agar aku tidak boleh sembarangan memukul dan melukai orang Yayi. Dengan kekuatanku, bisa-bisa istana ini remuk redam kuhantam.
Arjuna: Duh Yayi dewi nan jelita, memang ketepatanku tiada banding Yayi, dan bisa saja kupanah kepala-kepala orang yg telah menghinamu. akan tetapi, aku tidak boleh sombong. bagaimana jika panahku melset dan mengenai dirimu? Oh Yayi Drupadi cintaku, aku tak sanggup kehilanganmu hanya karena kelengahanku atas kesombongan, dewiku… Jikaupun engkau tak percaya, ingatlah kejadian kematian Anggraeni yang ikut belapati suaminya. Dan trauma itu masih menghantuiku.
Nakula dan Sadewa: Maaf Yayi, ndak enak nglangkahin yg tua, nanti ndak dikira tidak tahu sopan santun.
Drupadi: CANGKEMAN KABEH!
-ende-
Mpu Cakil Arkanhendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H