*satu cuplikan cerita lain dari Antologi Sang Ksatria
Seminggu berlalu sejak kejadian di malam itu. Malam ketika mereka tertidur oleh sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang sampai sekarang belum dapat terjawab. Pertanyaan akan bisikan misterius yang telah mengganggu istirahat mereka.
“Kangmas, masihkah bisikan-bisikan itu datang?” tanya dewi anggraeni hari itu.
“Masih yayi, bahkan bisikan itu sudah semakin jelas layaknya sebuah perintah yang mau tidak mau harus kulakukan. Bahkan kini disertai mimpi-mimpi buruk,”
“Apa maksud kakang?”
Ekalaya terdiam sejenak, ketika seorang emban datang menghadap.
“Ampun gusti prabu, gusti patih berada di pendopo istana dan beliau menunggu kedatangan gusti bersama beberapa perangkat kerajaan,”
“Oh, baik emban, sampaikan pesanku pada paman patih, aku akan segera ke pendopo,”
Sambil menghaturkan sembah, emban pun mohon diri. Tiba-tiba dewi anggraeni pun mendapat sebuah ide.
“Kakang, apakah tidak sebaiknya masalah ini kakang bicarakan dengan paman patih? Mengingat dengan kebijaksanaan beliau mungkin dapat memberikan pemecahan akan masalah yang sedang kakang hadapi,” jelas sang dewi.
“Ah, benar juga kau yayi. Sungguh masalah ini membuat aku linglung. Hingga aku melupakan segalanya. Dan aku melupakan orang-orang yang mungkin dapat membantuku mencari jalan keluar yang terbaik. Terimakasih yayi, atas saranmu. Segera akan kutemui paman patih dan membicarakan hal ini,”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H