Lihat ke Halaman Asli

Secarik Kabar dari Srunen, Merapi

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

SD tersebut berada dalam kawasan bencana merapi, sehingga pemkab Sleman tak mengijinkan kegiatan belajar mengajar di kawasan tersebut. Sementara itu, SD Srunen yang dibangun di kawasan shelter Glagaharjo, kini hanya diisi sekitar 19 siswa saja, sedangkan yang lainnya sudah pindah ke lokasi sekolah yang kini mereka gunakan. (sumber: Tribune Jateng, 13 September 2011) Pemkab Sleman tidak akan mengirimkan guru untuk mengajar di SD Srunen (lama) yang berada di Kawasan Rawan Bencana, menurut peta terbaru yang dikeluarkan ESDM. Asisten II Pemkab Sleman Suyamsih menegaskan, jika Pemkab Sleman mengirimkan guru untuk mengajar di SD Srunen (lama) yang berada di kawasan rawan bencana itu, bisa dipidanakan. "Kalau kami mengirikm guru untuk mengajar di sana bisa diancam pidana," katanya. (sumber: Media Indonesia, 17 september 2011)

***

[caption id="attachment_133085" align="aligncenter" width="300" caption="SD Srunen, Srunen (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_133086" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang Kelas SD Srunen, Srunen (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_133087" align="aligncenter" width="300" caption="Papan tulis sementara (dok.pribadi)"][/caption] Kawan, aku punya cerita. Ada sebuah dusun di kaki lereng merapi. Dusun itu bernama Srunen. Dusun tempat perisitirahatan terakhir Mbah Maridjan. Sang juru kunci yang wafat hampir setahun yang lalu. Di Dusun yang terletak di radius 8 kilometer dari puncak merapi ini ternyata terdapat sekolah dasar negeri paling tinggi se-jogja, SD Srunen. Dengan jumlah kurang lebih 100-an siswa, SD ini sempat hancur terkena rombongan wedhus gembel yang mengamuk pada saat erupsi 2010 lalu. Namun meski bangunan yang baru telah berdiri, dan para murid pun telah bersemangat kembali untuk bersekolah. Ternyata terdapat beberapa hal yang belum terselesaikan. Karena meski sarana fisik telah siap, dan para peserta didik telah bersemangat, bagaimana mungkin KBM bisa berjalan lancar jika tidak ada para pengajar? Ya, SD tertinggi di provinsi jogja itu masuk dalam kawasan KRB-3 (kawasan rawan bencana level 3). Hal itulah yang membuat Dinas pendidikan DIY urung membolehkan para guru untuk menggelar aktifitas pendidikan di SD tersebut. "*Mas, lha aku mengko entuk ijazah ora? Nek ra entuk, berarti aku ga iso mlebu smp?" tanya salah satu siswa kelas 6 kepada seorang relawan yang mengajar. *(Mas, aku nanti dapat ijazah tidak? Kalau ndak dapat berarti aku tidak bisa masuk SMP?)

***

Hari ini semua orang di kota jogja sedang beramai-ramai berpesta demokrasi katanya. Ya, sebuah pesta pemilihan sang walikota dan wakilnya. Mereka gunakan segala sumber daya untuk menjadi the choosen one. Dari face to face, gethok tular sampai internet. Lalu, bagaimana dengan pusat? Hm, mereka punya masalah-masalah sendiri yang cukup membingungkan untuk mereka pikirkan sendiri. Mulai dari proses ke-Gubernur-an yang tak kunjung jelas dan tuntas, sampai masalah pelik tentang korupsi di tingkat yang lebih tinggi. Kau lihat kawan? Mereka semua sedang 'tidak-bisa-diganggu' Mereka tahu sudah ada para relawan yang akan dengan suka rela membantu setiap kejanggalan yang ada di negeri ini. Mereka tahu sudah ada orang-orang baik yang rela untuk menyediakan waktunya membantu sesama. Dan mereka lupa. Pada orang-orang yang mereka pimpin, dan wajib mereka ayomi. Karena takkan ada hari esok tanpa ada pendidikan untuk anak-anak kita. Dan itu lebih nyata dari seonggok kursi kekuasaan dan segepok uang jutaan. Bagi kita yang mungkin belum merasakan candu uang dan kekuasaan. Bagi kita yang belum mencapai tingkat kemapanan. Jadi kawan, itu ceritaku. Salah satu cerita dari sekian banyak kisah tentang sebuah negeri yang terletak di untaian zamrud khatulistiwa. Sekian Arkanhendra, pertengahan september 2011. Dari kaki gunung Merapi. [caption id="attachment_133088" align="aligncenter" width="300" caption="istirahat, ayo bal-balan! (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_133089" align="aligncenter" width="300" caption="jalan-jalan yuk (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_133090" align="aligncenter" width="300" caption="Yudhi, kelas 5, pengin jadi pemain sepakbola (dok.pribadi)"][/caption] -Dokumentasi lain, disini - untuk donasi berupa buku-buku pelajaran SD (kelas 1-6) maupun alat peraga pendidikan, dapat menghubungi saya via message atau kirim ke email saya (hendraarkan@gmail.com) atau via fb : Hendraarkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline