Lihat ke Halaman Asli

PDIP lebih Pilih Mega untuk Capres di Banding Jokowi

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan rilis beberapa lembaga survey, sepertinya PDIP tidak akan terbendung lagi menjadi partai  pemenang dan akan mendapatkan suara lebih dari 20%. Hampir semua survey menunjukan hasil sama rata-rata partai berlogo moncong putih ini memiliki elektabiltias 22-23% . Dengan demikian PDIP memiliki kans besar untuk mencalonkan kadernya sendiri untuk maju sebagai Capres 2014. Namun, siapa kira-kira yang akan di tunjuk oleh partai dalam hal ini Mega Wati sebagai pemilik otoritas tertinggi? Apakah Jokowi dengan popularitasnya yang luar biasa, atau Mega Wati sang ketua Umum. Saya memiliki keyakinan meskipun bisa jadi salah, Mega Wati yang akan menjadi Capres PDIP 2014. Keyakinan saya didasarkan pada beberapa fakta berikut : 1. Keanehan Deklarasi Capres PDIP setelah Pileg Kita ketahui bersama bahwa beberapa partai telah mendeklarasikan beberapa capresnya salah satunya adalah kompetitor utama mereka saat ini yaitu partai Golkar. Sekarang Golkar sedang genjot Abu Rizal Bakrie sebagai capres. Pertanyaannya kenapa PDIP belum juga mendeklarasikan capresnya dan menunggu pileg? Burhanudin Mutadi melalui lembaga surveynya Indikator pernah mengatakan, elektabilitas PDIP saat ini mencapai kisaran 20%, namun apabila PDIP mendeklarasikan Jokowi sebagai capres sebelum Pileg, maka elektabilitas partai PDIP bisa mencapai 30%. Dengan keuntungan seperti ini kenapa DPIP ragu mendeklarasikan Jokowi sebagai capres sebelum pileg?, padahal Jokowi sendiri juga memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi sebagai capres. Saya menyimpulkan, kalau memang PDIP mencalonkan Jokowi tentu saja sudah di deklarasikan sekarang karena akan berdampak signifikan terhadap elektabilitas partai, kenapa tidak sekarang, karena memang bukan Jokowi capres yang akan di ajukan PDIP. PDIP membiarkan ini mengambang untuk menjaga elektabilitas partai. Dan kenapa setelah pileg? apabila deklarasi sebelum pileg dan Capresnya bukan Jokowi maka bisa di pastikan elektabilitas PDIP akan dengan mudah anjlok. Jokowi betul betul dimanfaatkan hanya untuk dongkrak elektabilitas partai, bukan untuk Capres. 2. Mega Wati ketua Umum Megawati masih memiliki ambisi politik untuk mendapatkan kursi kepresidenan. kalau beliau tidak lagi berminat, kenapa repot repot masih harus kendalikan partai dengan menjadi ketua umum?. Berdasarkan pengalaman Pilpres yang sudah berlangsung di periode sebelumnya, Ketua Umum lebih memiliki kans untuk maju sebagai Capres. dan Saya juga masih ragu Megawati apakah rela menyerahkan kursi presiden kepada orang yang bukan trah Soekarno, karena Partai ini di bangun melalui jerih payah beliau sebagai generasi penerus Soekarno. Megawati adalah kunci penting, karena siapa capresnya tergantung kepada Ibu Mega. 3.  PDIP bisa ajukan Capres dan Cawapres dari internal kader Peluang paling mungkin untuk mengakomodasi Jokowi adalah menduetkan Megawati dan Jokowi sebagai Capres dan Cawapres. Memang semua adalah kader internal PDIP, namun secara ketokohan, mereka memiliki popularitas yang sangat bagus. PDIP juga masih bisa menjaga elektabilitas Capesnya dengan tetap memasukan Jokowi sebagai Cawapres. Timses Jokowi sepertinya berusaha melakukan penetrasi ke internal PDIP untuk memajukan Jokowi dengan berbagai macam setrategi termasuk deklarasi-deklarasi Jokowi for Presiden di beberapa daerah. Tapi sepertinya itu akan menjadi sia-sia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline