Lihat ke Halaman Asli

Saya Menyesal Sudah Memilih Pak Prabowo, Tapi Tidak Menyesa Karena Tidak Memilih Pak Jokowi

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengamati pekerkembangan politik di tanah air tercinta ini membuatcampuran banyak sekali rasa, mulai geli, senang,menyesal, kecewa dan sesekali marah atau dongkol. Bagaimana tidak, saya yang seorang swing voter dari masa kampanye mengamati berbagai perkembangan berita politik dan debat capres-cawapres sampai pada akhirnya memilih pasangan nomor urut 01 Prabowo-Hatta.

Dengan segala visi-misinya yang makro dan global, bercita-cita membawa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan mandiri dalam skala nasional dan internasional. Bukan berarti dibandingkan pasangan no. urut 01, pasangan no. urut 02 tidak ada kelebihannya, hanya saja menurut penilaian saya waktu itu keunggulan lebih banyak ada pada pasangan no.urut 01. Prabowo-Hatta

Yang membuat saya menyesal untuk pertama kali adalah sikap pasangan no.urut 01 dalam menghadapi hasil pengumuman pemenang pilpres, seperti kehilangan rasa santun dan terkesan sangat berlebihan dalam proses pengajuan gugatan ke MK, disusul dengan banyak sekali sikap-sikap politik yang menurut saya tidak sepatutnya dilakukan, termasuk yang terakhir sedang hangat menjadi perbincangan adalah pembahasan RUU Pilkada. Paling tidak dari yang saya amati selama masa kampanye dan debat capres-cawapres saya tidak menyangka akan melakukan hal-hal yang semacam itu. Itulah sekaligus yang membuat saya kecewa.

Yang membuat saya tidak menyesal karena tidak memilih pasangan no.urut 02 adalah karena memang dari awal sudah tidak yakin dengan kepemimpinan beliau atau lebih tepatnya saya lebih yakin dengan pasangan no.urut 01, selain itu di awal masa kepemimpinannya sudah cukup inkonsistensi dari beliau, antara ucapan dan janji semasa kampanye dan debat, serta realitas setelah menjadi presiden terpilih. Dan saya tidak perlu menyebutkannya karena sudah banyak sekali yang membahas masalah itu.

Kemudian yang membuat saya geli adalah sikap masyarakat pedukung dan loyalis buta dari masing-masing kubu, disatu kubu begitu hebohnya menyerang, dikubu yang lain begitu kukuhnya bertahan dan melancarkan serangan balik, yang pastinya di blokir dengan begitu kuat oleh pendukung kubu lawan. Ketika Pak Prabowo mengajukan gugatan ke MK, pendukung Pak Jokowi bilang beliau tidak ksatria dan tidak mau mengakui kekalahan, tapi dari pendukung Pak Prabowo bilang itu sesuai konstitusi dan memang harus diluruskan kalau ada kecurangan dalam penyelenggaraan pilpres.

Ketika Pak Jokowi memakai kendaraan sederhana bahkan pakai bajaj, oleh pendukung Pak Prabowo dibilang itu pencitraan, tapi oleh pendukung jokowi dibilang itu contoh kesederhanaan. Sebaliknya saat Pak Prabowo menggunakan mobil mewah, oleh pendukung Pak Jokowi dibilang, tidak peka terhadap rakyat miskin, tapi oleh pendukung Pak Prabowo dibilang itu adalah kejujuran dan apa adanya.

Ketika Pak Jokowi mengingkari janjinya tentang menteri dari kalangan professional, pendukung Pak Prabowo bilang belum apa-apa sudah ingkar janji, pembohong, tapi pendukung Pak Jokowi bilang, lihat dulu hasil kerjanya jangan belum apa-apa sudah dikritik. Padahal saya yakin seandainya keadaannya dibalik, pasti apa yang diucapkan oleh para pendukung masing-masing capres akan terbalik juga, mereka akan saling mengucapkan apa yang sekarang diucapkan oleh pendukung kubu lawan.

Intinya akan selalu ada saja penghinaan dan hujatan terhadap kubu lawan dan selalu ada saja pembelaan dan pembenaran atas kubu kawan, terlepas dari benar atau salahnya pemimpin dari masing-masing kubu. Hujatan dan penghinaan yang membabi buta itu pasti akan mengganggu jalannya pemerintahan ke depan, bagaiman pemerintah bisa menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik jika selalu saja ada ganjalan. Dan sebaliknya dukungan dan loyalitas buta juga akan membuat pemimpin leluasa melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak terkontrol, dimulai dari kesalahan kecil dan remeh tetapi apabila dibiarkan akan menjadi kesalahan yang besar fatal.

Jadi marilah kita menjadi bangsa yang cerdas, jangan menghujat dengan dengan membabi buta dan juga jangan mendukung dengan membati buta pula. Mari kita dukung presiden terpilih dengan tetap memberikan kritik yang konstruktif, jangan kritik yang destruktif, berhentilah saling menyerang dan menghujat, berfikirlah apa yang kalian dapat dari itu semua. Yang salah katakan salah dan yang benar katakan benar.

Salam Damai Bangsa Indonesiaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline